Tuesday, March 29, 2005

Makna Ideal(istik)

Sebenarnya apa idealisme itu? Suatu kepentingan yang muncul dalam menakar hegemoni subjek disaat di benturkan oleh kepentingan materi? Celah sempit yang muncul dalam pertautannya dengan sisi industri? Ekses perlawanan yang timbul karena budaya kapitalis? Memerangi materialisme dengan elemen kebersahajaan? Atau bisa jadi ini kalimat yang mengada ada, yang di karang oleh gerombolan sakit hati terhadap kehidupan socialite terhadap sisi ideal dalam hidup gelombang kapitalistik?

Saya teringat kembali akan tulisan Marx, yang pernah menceritakan betapa sisi utopia dari golongan idealistik melawan kaum penguasa terus menerus di ajarkan. Filsafat yang dipakai Marxisme adalah adalah filsafat materialisme. Manusia diajarkan sebagai 'kaum pekerja'. Singkat kata, idealistik dari sudut pandang manapun, membenarkan 'perlawanan' sebagai ragam opsi. Sebuah counter terhadap Kapital. Inilah sisi ideal sebuah pemikiran yang lama lama terlelap menjadi sebuah sejarah belaka. Mereka telah kalah saat ini. Hmmm ..lama lama saya jadi malas juga membahas tentang hal ini.

Ok, berbicara tentang kreatifitas. Apakah sisi pemikiran individu yang ini tunduk dengan kepentingan industri belaka ?. Saya teringat kepada sebuah tulisan di majalah 'Concept' terbaru, dari seseorang (yang saya lupa namanya). Dimana solusi penting seorang seniman, (saya sendiri ragu apakah dia pernah merasakan proses kerja seni sebenarnya) yang super kreatif dan artistik ternyata memang tak dibutuhkan oleh 'KLIEN'. Sesuatu yang cepat, tanggap dan memuaskan bagi kepentingan 'KLIEN' ini.

KLIEN. Lima suku kata ini dianggap menjadi penentu kepentingan solusi ideal, dari sebuah proses kreatif yang kadang kala sering menjauhkan idiom awal, sebagai proses kreatif yang dihargai. Karena memang mereka yang berkepentingan sebagai pelaku modal dan pemilik pekerjaan. Dalam hal ini, ternyata kata 'ideal', kembali lagi menjadi pecundang. Yang sebenarnya hanya berlaku ketika kita belum menginjakkan kaki di dunia kerja (nyata). Sekali lagi, upaya membuang dan membungkus rapat rapat makna 'idealistik' dilakukan sebagai solusi kompromisitas terhadap wujud sosial. Salah satu segmentasi proses kreasi dunia industri memang menjauhkan sisi humanistik dengan aspek komunikasinya.

Ini juga dibahas secara berkala pada sisi lain yang terkait pada lingkup global. Inilah sosok penting, jika kita melongok pada makna simbolik relasi dalam kehidupan sosial. Arus peradaban, yang memungkinkan mau tidak maunya perubahan masinal terus terjadi disegala sisi. Proses perusakan lingkungan dan pendidikan yang makin mahal menuju orientasi materi belaka meninggalkan segelintir martir yang rela melakukan apapun wujud perlawanan terhadap raksasa kapital, sang mesin penguasa ini. Manusia dibentuk sebagai objek dan tentara dari sang mesin penguasa. Sang mesin penguasa ternyata adalah mesin ekonomi yang terus menerus bekerja mendedahkan sampah dalam kehidupan industri, teknologi serta eklektis dan percepatannya, yang didaur ulang menjadi kebutuhan penting sebuah nafas modern.

Dalam hal ini sudilah kiranya kita mengerti, jika sang mesin itu berkata ; "Ini alam kompromi, jika ingin hidup nyaman kalian harus patuh pada kami".

Dan pada akhirnya ternyata alam kreatif dikalahkan oleh kepentingan orientasi percepatan materi. Idealisme berjalan dalam takaran yang sangat tidak jelas, rupanya. Dan disatu sisi hal ini merupakan wujud kepentingan yang di bentur benturkan pada kebutuhan kebersamaan sosial. Wujud komunikasi terputus yang mengakibatkan beberapa pihak seperti sisi budaya, dan sosial serta industri sebagai perseberangannya, lebih memilih jalannya masing masing.

Berbeda dengan jaman kekuasaan feodalisme dimana, sebaliknya, peran paradigma kolektif lebih dari pada individualisme. Dengan kata lain, refleksi dari jaman ke jaman menandakan bahwa perkembangan masyarakat dalam memainkan peran baik individualisme maupun kolektivisme adalah berganti-gantian yang tergantung atau terpengaruh situasi yang berkembang pada jamannya. Metode diskursif yang cukup banal ini berasal dari ketidak-harmonisan dua sisi. Sisi pemikiran yang mengetengahkan logika arbiter di antara keduanya. Kompromisitas menjadi begitu penting. Dengan menjaga jarak sebagai subjek kajian, maka hal ini dapat lebih fokus. Dan wahana lain yang muncul saat ini memudahkan akses penting melakukan pekerjaan ideal bagi individu yang tertarik. Ini menjadi sosok filosofis, suatu pemikiran refleksif, yang pada dasarnya, ingin menggali dimensi-dimensi terdalam atau yang sebenarnya dari realitas. Sesuatu yang tak abadi, dan sebenarnya tak pernah selesai, kompleks dan serumit apa yang kita bayangkan tentang dimensi sosial dan hidup saat ini.

Itu bukan satu satunya wujud makna idealis jadinya. Yang menyelubungi wujud eksistensi. Eksistensi ini ditempatkan dalam konteks kehidupan bersama dengan eksistensi individu lainnya. Dan eksistensi seorang individu dituntut untuk menyadari keberadaan eksistensi individu maupun eksistensi lainnya di luar dirinya. Kesadaran inilah yang kemudian diupayakan akan membentuk penghormatan dan pengembangan terhadap kehidupan agar semakin menjadi baik dan harmonis, seharusnya.

Ternyata perang dan saling bermetafora dalam wujud tunggal tetap terjadi. Yang kemudian saling melahap satu sama lainnya, dan mementahkan dalam wujud hidangan yang terasa enak disebagian kelompok, dan yang ini cukup dominan dan membuat mual bagi sebagian lainnya, yang minoritas tentunya.

Monday, March 28, 2005

Menjawab Iklan

Kejadian ini terjadi pada hari Minggu kemarin. Ketika saya membeli koran Minggu di tempat langganan saya. Sang penjual, Pak "XXX", bertanya kepada saya, yang jika saya sederhanakan seperti ini kira kira; " Apa pendapat kamu tentang iklan ?"

Bukan suatu jawaban yang cenderung mudah. Untuk sesaat saya lebih banyak terdiam, dan mencoba menjelaskan secara lebih sederhana bahwa iklan merupakan alat dan juga merupakan suatu strategi industri yang menggunakan elemen sosial. Tak lebih dan tak kurang. Jika menjelaskan panjang lebar sampai mengarah ke dinamika maknanyapun saya bakal malas dan saya sendiri tak paham. Dan saya jawab saja seadanya.

Dan disini saya mencoba menjelaskan secara global saja.

Iklan jika dibahas kedalam milis kritik iklan, dan biro biro lainnya, pastinya melahirkan ribuan definisi dan konsep. Pertentangan, wacana arus konsumsi, gaya dan keadaan yang dimodifikasi sedemikian rupa. Kaki tangan dan kepentingan industri. Korban negara berkembang dengan pencerapan imaji seluas luasnya. Suatu daya tarik dari segmentasi industri. Dan lainnya tentang iklan itu sendiri. Suatu istilah ini sendiri saya sadari ketika saya mulai mengerti bagaimana tayangan televisi swasta hidup dan menjalani dinamika dalam proses keberlangsungannya.

Iklan dalam produksinya dimotivasi kultur pemenang namun tak jadi jaminan. Iklan harus bergulir seperti berita disiarkan atau seperti pentas digelar. Sejauh mana emosi masyarakat terlibat, apakah mampu menimbulkan rasa haru, iba, ngeri atau memanfaatkan mimesis. Iklan di canangkan untuk melakukan pemurnian emosi atau bisa jadi mimesis batin. Masyarakat makin menjadi jadi membenturkan kepentingan fisik dan batin dalam satu wahana yang di industrialisasikan. Komoditas dan persaingan sengit dalam berebutan mengunyah faham modernitas dalam hidup. Yang selalu ter up-to-date.

Iklan ternyata sudah ada dimana mana, secara sadar atau tidak sadar. Pro dan kontra. Membiarkan dan memperdulikan. Kesadaran kolektif dalam kultur 'kota'. Menembus batas dan membiarkan hilangnya kesadaran identitas yang makin lama tercampur dengan dominasi citra dari industri. Semoga saya tak kelewatan, dengan memproduksi 'mimpi', masyarakat ternyata bisa hidup. Bahkan dengan identitas yang terbentuk oleh iklan itu sendiri, masyarakat mempunyai strata baru yang bersifat virtual dengan aplikasinya dalam 'identitas'. Mimpi menjadi nyata, jagad wilayah ini otomatis terbentuk secara paradoks. Mengeruk keuntungan dengan memoles bedak untuk tampil lebih 'cantik'. Tak mengiyakan dan tak menolak.

Mari kita melihat tentang bapak dari segala ini, yakni Kapitalisme. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang mencoba menghasilkan bentuk bentuk komoditas-komoditas, dan secara alamiah pula penciptaan komoditas adalah inti dari praktek ideologi ini sendiri. Kapitalisme, jutaan buku sudah mencoba membahas hal ini sendiri. Kapitalis memang kejam, tapi itulah topeng di wajahnya tak pernah berhenti menyebarkan senyum. Yang memang membius kita semua. Segmentasi dan segalanya tak akan pernah berhenti. Iklan bisa menjadi alat, senjata (sebuah wacana basi tentunya), tapi bisa menjadi tumpuan kajian dan refleksi hidup orang orang pemimpi seperti saya...Ha! :P.

Begitulah, dinamika suatu pergeseran makna terhadap iklan itu sendiri. Jujur saja, wilayah ini terkait langsung dengan cecitraan yang dibangun akan kehendak memaparkan realitas yang (saat ini ) berlebihan. Ada iklan yang bagus, ada iklan yang menarik dan ada iklan yang pasti dudul dowel. Dalam hal ini, konsepsi tentang iklan itu sendiri telah dibangun semenjak arus industri pertama kali dimunculkan. Iklan merupakan wahana refleksi kepentingan yang didalamnya terdapat berbagai macam kepentingan gender, pembentukan identitas tubuh, kepentingan maskulinitas dan kecantikan, ini baru sedemikian. Yang ini saja jika dikaji, mengarah pada citra tubuh yang dibentuk dengan negara ini (baca : Indonesia), standarisasi kepentingan pasca atau post-kolonial. Ada konsepsi yang di tawarkan secara dualistik. Sebagai wujud percepatan hegemoni globalisasi,dari yang disebut hidup-gaya.

Kompilasi dari hal ini mengakibatkan munculnya masyarakat pasif dan konsumtif. Penjejalan cecitraan yang dilematis tentunya. Pertentangan yang disyahkan dalan satu babak. Babak yang menghadapkan dua sisi, dimana satu sisi menghidupi sektor kreatif dan jembatanisasi dengan masyarakat. Dan disisi lainnya penjejalan isi otak terhadap pembentukan hidup 'sebagai masyarakat ideal' dengan rendengan pola konsumtif dan materi terus berjalan. Ini pula strategi ideal yang mengikuti fluktuasi makna. Arus bebas menjadikan intrik dan polemik sosial di negeri ini amat nikmat untuk dikaji. Rasanya menjaga jarak dan memperhatikan sampai dimana kepentingannya, lebih penting saat ini.

Image hosted by Photobucket.com

Kalau kata seorang rekan, Iklan memang digubah untuk menyenangkan sebagian pihak ..., tapi entah pihak yang mana.

Thursday, March 24, 2005

Rob Zombie alias Ujang Pocong

Frontman dan otak dari band metal lawas ; White Zombie dan bandnya sendiri saat ini Rob Zombie. Bung yang satu ini gak pernah berhenti bikin image image kartun yang seram seram. Parodi dari filem filem horror lama tahun 40 an, interest dengan sosok kartun yang 'sakit' dan imajinasinya tentang aksi pangung kuburan a la retro.

Image hosted by Photobucket.com

Beberapa albumnya sudah saya koleksi, albumnya sendiri di White Zombie, mulai dari La Sexorcisto: Devil Music Volume One (1992) sampai Astro-Creep 2000 (1995), hanya itu album penuh yang mereka rilis. Dan selanjutnya dengan bendera Rob Zombie sendiri, merilis 2 album penuh juga, Helbilly Deluxe (1998) dan Sinister Urge (2001). Untuk beberapa hal memang orang ini penuh kejutan dan mengemas artistik sedemikian rupa. Terutama dari kemasan, komik dan image yang di tawarkannya. Mcfarlane mengeluarkan action figure Rob Zombie yang lebih mirip makhluk dari neraka (ada yang protes soal neraka nerakaan) dengan garapan detil yang artistik.

Image hosted by Photobucket.com

Berbagai macam proyek di kerjakannya, mulai dari bikin film, soundtrack untuk film film horror, games dan serial TV serta komik pun masih di garapnya. Ada beberapa film yang di garap seperti "House of 1000 Corpses" dan "The Devil's Rejects" (yang paling baru), yang memang di garap seperti Horror B-Movies.

Image hosted by Photobucket.com

Untuk info lebih lanjut : klik

Wednesday, March 23, 2005

KMFDM

Inilah salah satu band industrial rock jerman, yang sampai sekarang saya sebenernya masih 'gelap'. Telah eksis sedemikian, bersama band band seangkatannya, seperti Skinny Puppy, Front Line Asesmbly, Ministry, Nine Inch Nails dan lainnya. Dan tentunya saat ini telah merayakan 20 tahun lebih karir mereka (1984-2004, dengan mengeluarkan album 'WWIII'( World War III).
Image hosted by Photobucket.com
Kemasan cover dan grafisnya mencirikan ilustrasi yang bersifat 'sosialis', kaku dan keras yang lebih bertransformasi ke haluan politik.
Image hosted by Photobucket.com
The serious, but not humorless, industrial band: KMFDM. Banyak yang mengira mereka sebagai Communist Krauts, Nazis Rock dan lainnya, padahal bukan. Satire dan gelap dengan lirik2 politis, dan lelucon2 lewat visual mereka sendiri.
Image hosted by Photobucket.com
Saya sendiri dulu ingat dan menyangka KMFDM singkatan dari "Kill Mother Fuckin' Depeche Mode" ..ternyata malah terdiri dari rangkaian Bahasa Jerman, yang jika di Inggris-kan berarti 'No Pitty For The Masses'. Salah duga hehehehe :P .. sok tau pulak.

lihat sini

Tuesday, March 22, 2005

Legenda dua puluh tahun

Napalm Death. Band cadas lawas ini akan tampil di Jakarta , pada tanggal 16 April 2005. "GRINDING INDONESIA 2005 - jAKARTA,INDONESIA "
Image hosted by Photobucket.com
Selengkapnya lihat di sini
Image hosted by Photobucket.com
Untuk info resmi,lihat disini ..

Monday, March 21, 2005

semoga masih ada yang ingat band ini

semoga masih ada yang inget band ini :P
Image hosted by Photobucket.com
Band yang bagus, dengan kelakuan vokalis lama yang super tengil, dan gitaris jago yang jadi panutan gitaris baru belajar sedunia. Itu masih di tambah pemaen bas dengan gaya monoton berat, dan drummer yang set drumnya, "merepotkan".

Friday, March 18, 2005

review gitu

Berikut beberapa, video klip hasil download-an yang saya dapatkan dari sebuah situs. Yang nantinya saya akan beritahukan hehehehe.

1. Rammstein - "Amerika" dan "Ohne Dich" ( bintang lima deh )

Image hosted by Photobucket.com
Angle film, pencahayaan yang benar benar bagus dan jujur saja video klip band ini dari dulu gak pernah jelek. Dasar Jerman ! hehehehe. Saya sih memang pengagum berat band ini semenjak dengar lagu lagu lawasnya seperti Du Hast, Engel, dan album Sensucht. Kabar terakhir mereka mengeluarkan album "Reise Reise". Satu video klipnya berisikan tema Satire tentang pemberhalaan 'Amerika' dan satu lagi visualisasi dari lagu sendu nan gagah berani sambil adegan : mendaki gunung (!). ( boit pasti udah eneg ama band ini hehe )

Image hosted by Photobucket.com

2. Children Of Bodom - Trashed, Lost and Strung Out ( bintang empat deh )

Image hosted by Photobucket.com
Skill abis terutama pada seksi gitar. Dream Theater versi lebih brutal dan cepat. Bikin bengong pas nontonnya. Serius. Memadukan unsur metal, klasik dan progresif. Lebih asik di bandingkan virtuoso guitar metal, Yngwie Malmsteen ..jauh banget. Check this out !.

3. Anthrax - Death Rider ( bintang empat deh )

Image hosted by Photobucket.com
Band lawas angkatan 80 an, pimpinan Scott Ian yang udah malang melintang belasan tahun. Comeback dengan musik yang lebih kencang dan yak lebih ... metal. Saya sudah malas semenjak John Bush menggantikan Joey Belladona pada seksi vokal. Tapi musik yang di tawarkan kali ini lebih gila. Saya jadi ingin menarik ulang kata kata saya. Anthrax, tua tua masih kenceng !

4. Apocalyptica feat. Ville Valo and Lauri Ylonen - Bittersweet ( bagus )

Image hosted by Photobucket.com
Apocalyptica yang dulu bikin sukses dan tertawa tawa dengan menggarap musik metallica versi cello, kembali dengan sebuah lagu bagus yang di persembahkan oleh Ville Vallo dari HIM dan Lauri Ylonen dari The Rasmus. Cukup gelap aura yang di tawarkan, tapi memang keren visualnya. Terbayang, senandung gelap Skandinavia di musim dingin dan salju tak berkesudahan tapi sembari meneguk anggur sehabis merasakan pedihnya putus cinta. Lengkap dengan OUIJA board :P. Eropa banget deh ..... ada dukun dukunnya gituh ...

celana 2

kayaknya yang ini lebih keren ... masih agak diam diam nih belinya wakakaka

Image hosted by Photobucket.com
Namun saya agak ngeri ngebayanginnya ...kikikikikkiikkk :P

Thursday, March 17, 2005

Celana

Saya yang berminat membelinya, tapi diam diam ....ini edisi khusus boxer loh ...

Image hosted by Photobucket.com
hehehehehehe

Ada yang mau ikutan ???? wakakakaka

Wednesday, March 16, 2005

Konsep manusia "se-utuh-nya dan sex"

Saya terpikirkan kembali tentang apa yang di sebut sebagai konsep 'manusia seutuh'-nya. Konsep 'manusia seutuhnya', inilah bisa jadi sebuah konsep utopis yang mencitrakan integritas moral, mental dan fisik secara luas. Tanpa kita sadari bahwa struktur institusional ini lebih menjadi alat bukti omong kosong tanpa menjelaskan dimensi lain yang bersifat amat sangat berpengaruh. Yakni persoalan seksual dalam diri manusia. Sebuah struktur moral yang baku, di pakai mengikat imajinasi naluriah manusia dan aspek praktik kehidupannya. Sekali lagi wacana sex diam diam dan juga tidak secara diam diam mendominasi harkat kelembagaan idiom praktis bersosialisasi. Instingtif gitu loh ....

Sex bukan lagi sekedar persoalan dasar semata tentang hubungan antara penis dan vagina, manikmati Sex dan di ambang rasa sakit, pornografi, Nudity and art, ke'tabu'an dalam aspek moral dalam masyarakat, dominasi gender, pemerkosaan, hubungan sex sesama jenis, penyimpangan sexual dalam berbagai kategori dan lainnya yang masih sangat banyak. Ternyata saya mulai sadar, hal seperti ini masih mendominasi wacana masalah dan praktik kehidupan sosial sampai saat ini. Bahkan semenjak era Socrates(4699 -399 SM), manusia telah menjadi objek kajian yang menyadari pun bagaimana dirinya menyikapi aspek biologis.

Image hosted by Photobucket.com
bloodsugarsexmagik, RHCP, 1991.

Sex menyimpan aspek pendekatan terhadap identitas dan eksistensi manusiawi. Walaupun awalnya di pandang sebagai sifat kodrat sekalipun , sex menyimpan masalah usang dan dalam tentang alur kekuasaan hidup. Semenjak simbol lingga dan yoni sudah terpatri puluhan ribu tahun lampau sampai sekarang pun, sex, masih menyimpan misteri. Anomali wujud yang enigmatik.Sampai mendefinisi ulang konsep penis dan vagina yang menyimpan hasrat kekuasaan dan spirit hidup. Gender di anggap memegang peranan mutlak sekiranya.

Sesungguhnya, salah satu aspek naluriah lainnya, yakni Libido bukan sumber terakhir yang mendorong hasrat manusia, tetapi pendorong terkuat dan mendasar tindakan manusia ialah kondisi eksistensinya, yaitu situasi manusia.Bagaimana menjalankan fungsi sebagai pilar peradaban, dengan menyadari diri sebagai Homo Sexualis.

Dalam wilayah filosofis, sex menyimpan struktur dasar dalam konsep diri manusia. Selain sebagai wujud simbolisasi Elan Vital, sex, alias daya hidup. Wahan ini mencakup dimensi aspek sosial dan saling ketergantungan di dalam proses relasi dan sosial.

Manusia pun masih bisa di sebut Zoon politicon, Homo Faber, Homo Economonicus, Homo homini Lupus, Symbolicum dan lainnya, mulai dari yang baik sampe yang serem serem hehehe :P

Manusia adalah salah satunya sebagai aspek terpenting dari Homo Sexualis. Ini jika saya berdasarkan struktur intern tentang fondasi dasar naluriah wilayah gender. Secara jelas, pemahaman tentang manusia dengan wilayah di luar tubuh, menciptakan konsep psikis secara androginisitas.

Wacana sex ternyata amat sangat berpegang teguh mencakup prinsip prinsip dasar kehidupan manusia. Kausalitas dalam diri, alam bawah sadar dan konten budaya terpancang wacana sex. Yang dimana dimensi ini trus berubah dan tidak akan sama dengan yang sebelumnya.

Itulah, sebuah pencitraan tentang dimensi seksual dalam diri manusia, yang secara tidak kita sadari lekat dalam korelasinya dengan kehidupan kekeluargaan dan masyarakat.


(Semoga apa yang ditelaah Foucault, Kate Millet, Rosemary Putnam Thong, Freud dan FX Rudy Gunawan masih bisa kita pahami )

Tuesday, March 15, 2005

Saya ingin membakar Dep@#*%'s . . .

Saya ingin anak saya nantinya sekolah .... dan saya gak tahu nantinya berapa besar kenaikan uang sekolah buat mereka ...

Menyoal postingan lampau dari beberapa rekan (bertie dan nikk) yang saya maknai sebagai sebagian perhatian dan kecintaan beberapa kalangan terhadap eksistensi pendidikan di negara ini, maka persoalan tentang sekolah menjadi suatu hal yang sangat nisbi. Ada semacam perhatian mulia. Yakinlah bahwa kita semua menginginkan hal yang terbaik bagi masa depan anak cucu kita sendiri, nantinya. Bagi saya sendiri, unsur pendidikan memiliki celah dalam menyiasati arus mutlak keberpihakan 'global' dan modernitas terhadap hidup sampai saat ini.

Sekolah bagi saya merupakan wujud lingkup sosial yang amat baik. Dilema interaksi yang hapus oleh kebersamaan dan keceriaan masa kanak kanak sampai berlanjut ke masa sekolah menengah dan kuliah nantinya. Terus terang, saya merasa sedih ketika pernah mendengar kasus seorang siswa sekolah dasar yang melakukan percobaan bunuh diri karena malu belum melunasi uang sekolahnya yang sebesar Rp.2.500,00,-. Saat di bandingkan dengan uang sekolah 7 digit . . .

Image hosted by Photobucket.com

Seorang Niels Mulder, mengatakan bahwa persepsi negara sebagai penguasa mutlak ideologi bangsa mengakibatkan keseragaman yang tak mencapai hakikat inti dari pada masyarakatnya sendiri. Negara mencoba menciptakan integrasi yang ' terlihat' ajaib. Dengan mengedepankan 'represi'terhadap masalah masalah sosial kedalam wujud penyelewengan individual (!). Yang di jalankan tanpa memperhatikan stabilitas dan elemen lain pendukung kenegaraanya. Begitulah di satu sisi, negara ini dengan kondisi Departemen Pendidikan yang cukup memprihatinkannya mencoba menyusupkan aspek lain dalam pendidikan demi menyelewengkan kepentingan individual,sisi lainnya, negara tak pernah menemukan dimensi sosial yang tepat untuk memaknai dan memperbaharui ulang gaya pendidikan di negara ini. Hal mana yang nampak dari polah tolol para pejabat pendidikan negeri ini yang terus menerus merombak kurikulum.

Suatu impian dan keharusan yang menciptakan sistem, pendidikan, pembentukan kecerdasan yang di selimuti oleh lapisan pekat ideologi marketing. Dan nyatanya, tumpang tindih kesenjangan dan ketidak sama rataan demi taraf masing masing lapisan sosial, yang nantinya di ungkap dalam wujud bentuk dan patrun idealistik tentang pendidikan di tanah air.

Bagaimana mengungkap akan kondisi sedemikian ?, Apakah yang namanya pembodohan masih nampak sistematika kerjanya ?. Kondisi sedemikian semakin di perparah dengan informasi yang mulai mengalami pergeseran makna. Akibat pengaruh luas global(isasi) media tanpa di seimbangkan pencerapan dan pendidikan intelektual mengakibatkan ketimpangan tahap politis dan warna 'keseragaman' yang di anggap ideal tersebut.

Ketika jeritan siswa siswa putus sekolah karena bencana alam di Aceh, apakah hal tersebut sudah dan akan terpikirkan nantinya dalam kurun waktu 10 tahun kedepan ? Apakah pendidikan dapat menjadi makna baru yang di redefinisi sebagai obat dan wujud penyelamat epidemi traumatis secara psikis ?. Suatu hal yang kerap kali bersinggungan dengan kepentingan 'yang ini' di dahulukan dan 'yang itu ' nanti saja' selagi sempat.

Dari beberapa hal tersebut, dan mencermati pola lainnya, maka tidak heran nantinya, keceriaan anak anak di masa kecilnya berganti dengan polah kekerasan. Laksana polah tingkah barisan kera besar yang saling berkelahi memperebutkan betinanya di alam hutan. Hal yang berlanjut dengan menyiasati, kecenderungan apatis golongan dan generasi 'X' saat ini yang mulai merasa sekolah bukan lagi segalanya. Namun dilema yang sama di alami dengan lapisan masyarakat daerah, yang menginginkan sekolah yang, parahnya malah di persulit sebagian oknum yang memperjual-belikan instrumen dan fasilitas pendidikan.

Rasanya saya malah berpikir, bagaimana menemukan sistem yang tepat. Pendidikan kultur sekarang telah meninggalkan dan mencoba merengkuh jauh jauh warisan peninggalan pendidikan ala kolonialisme, yang kerap di anggap ideal. Dengan merasa, bahwa tingkat intelektualitas para pelajar di masa kolonial lebih di banding dengan masa sekarang, hal yang justru rasanya menggelikan karena jaman dahulu mereka terpacu dengan ketakutannya akan pola represi kaum kolonial dan idiom sentral tentang standarisasi berpikir gaya 'Asing'. Yang nyatanya berujung pada kelahiran generasi pembangkang anti dari sebelumnya. Yang bagi saya, mereka bukan pembangkang, namun generasi baru yang mengalami polarisasi baku nilai nilai baru tentang berkehidupan. Yang nantinya akan tergantikan kembali dan mewakili representasi jamannya.

Mungkin generasi kedepan berupaya menguasai teknologi informasi sebagai spirit zaman.
Semoga mereka nanti tidak hanya menelan buah dari perselingkuhan cinta segitiga apatis, polarisasi semu nilai nilai kultur dan moral bobrok.

(thks terhadap Primanto Nugroho, Niels Mulder dan Institusi negara yang mengurusi pendidikan dengan cara semprul ini )

Monday, March 14, 2005

'kuasa'

Kuasa - bagi hal tertentu , sebenarnya inilah wujud kondisi strategis dalam masyarakat.

Kuasa

Ini menjadi suatu kata yang terngiang ngiang di benak saya selama seminggu ini. Kuasa, atau power. Semacam integritas, jika di tarik dalam sektor integral, yang nampak dalam dominasi beberapa individu terhadap sebagian orang. Sang Penguasa. Dan kekuasaan, terhadap wilayah, institusi, publik dan individu. Sejauh mana kekuasaan di batasi oleh hierarki, ternyata telah terbayang semenjak konsep kenegaraan berdiri.

Semenjak kasus heboh konfrontasi perbatasan malaysia dan Indonesia, saya merasa ada perbenturan 'kuasa' wilayah. Dominasi dan hegemoni suatu ambang batas yang di sebut berdasar faktor secara fisik. Kuasa ternyata jadinya lebih nampak pada wilayah fisik dan ideologi di bandingkan. Ternyata hal ini jelas sekali, situasi, wilayah dan penamaan suatu kondisi tertentu. Dimana tanpa di sadari kuasa individu, media dan institusi dan jutaan pemaknaan kuasa tersebut bertebaran di sekeliling kita dalam wujud 'non-fisik'. Kita ternyata dididik untuk kelak menjadi penguasa 'kecil' dan 'besar' nantinya. Humanitas yang di arahkan mengendalikan naluri 'kuasa'.

Lihat, media, dengan kuasanya. Menciptakan berbagai macam pembenaran dan realita yang membentuk opini publik. Hal ini tentunya sudah basi jika masih dibahas saat ini, tapi itulah kenyataannya. Kuasa sosial juga yang menentukan untuk ikut arus atau tidak. Intelektualitas dan eksistensinya terkadang rancu dengan arus dan pembentukan makna berpikir. konteks ini, rasanya sudah di mulai sejak masa masa arketipal.

Image hosted by Photobucket.com

Kuasa, adalah sebutan tentang kondisi strategis terhadap sebuah situasi di masyarakat. Ingat, titik ini menjadi baku dengan adanya kebutuhan individu lain untuk di'kuasa'kan. Sekali lagi kuasa di pakai dengan membutuhkan orang lain. Yang tentunya sebagai objek pelengkap.

Mungkin saya jadi berpikiran, jika kita perlahan lahan menjadi rejim terhadap diri sendiri, sekeliling kita dan orang lain, kuasa tak lagi nampak sebagai interaksi awal individu. Namun mulai berubah menjadi sosok dominasi mengerikan yang di dukung institusi yang dalam hal ini adalah resmi, negara (kasus penganiayaan warga sipil oleh aparat negara).

Kuasa, bukan kwaci, kuaca dan kuampret, apalagi 'Kuas...A'. Jadi sebuah tolok ukur bagaimana kita untuk menjembatani hal ini, saya rasa. Jembatan untuk berkomunikasi dengan baik dan saling mengerti di gantikan dengan tujuan dominasi ideologi dan saling mencengkram alam pikiran masing masing, diplomasi di upayakan dengan dua sisi, pamer kekuatan dan intelektualitas. Satu kata ketika salah satu dari hal itu menemui jalan buntu... perang ! , libas beybeh ! demi kekuasaan orang rela bertahan ...

Semoga hal ini berwujud dalam takaran yang lebih baik. Sistemik dan tidak sekedar di tuliskan dalam konsep epistemik.

(saya teringat lagu band JERUJI, yang berjudul, "LAWAN", dan tentunya analisa dari mbah Foucault selain sex, yakni kuasa dan ideologi)

Wednesday, March 09, 2005

Lambang Sosial lewat Gadget.

Yup!

Apakah saya sekedar curi curi sedikit, untuk menceritakan efek lain dari konsumeritas belaka ?. Jika Mesin dan kecanggihan teknologi di tahun 60 - 70 an adalah simbol masyarakat industri, maka gadget di saat ini merupakan simbol masyarakat post - masa industri, fleksibilitas tataran sosial. Canggih, terkesan remeh temeh tapi penting banget dan melekat dengan kehidupan masyarakat. Tentunya di pakai menunjang sosialitas. Yah, anggap saja Telepon Selular, Kamera Digital mini, PDA dan lainnya, sudah mulai di lekatkan pada transisi dinamika masyarakat modern (walau modern di sini lebih mengarah wilayah eklektik, dan masih patut di pertanyakan).

Image hosted by Photobucket.com

Dalam kenyataan yang lebih penting, gadget ini ternyata telah menjelma menjadi sesuatu yang di definisikan lewat kerja yang kita miliki. Bukan lagi tipe kegunaan, simbol, produk eksklusif tetapi sebuah wahana permainan, yak ..'mainan !'. Ini mengacu pada sinkronisitas akan sebuah aspek fetish.

Tapi ternyata Gadget adalah simbol utama dalam kenyataanya sebagai budaya populer. Lekak lekuk imajinatif tentang kecanduan SMS dan utak atik hal hal keseharian sebagai benda pegangan sehari hari, selain game, mobilitas pekerjaan dan eksplorasi minimalitas sosialisasi. Gadget menampilkan sisi lain dari upaya menyalurkan friksi keseharian dalam bentuk simulasi, 'permainan' dalam wujud benda ringkas daya guna.

Gadget telah menjelma menjadi objek ideologis, hal hal lain di luar sebuah alat yang kerap kali di mainkan dalam kesehariannya. Dalam wujud logika benda yang mengikis logika 'apa yang kita mainkan' menjadi investasi gengsi dan ketergantungan. berbicara tentang handphone, maka ini jelas menjadi wilayah publik, kebutuhan terpenting saat ini. Penyusupan teknologi dalam berkehidupan. Amat sangat bagus namun mulai menjadi sangat gak penting ketika menyusupkan sisi imajiner tentang idealitas gadget dengan statusnya. Ya kalo bisa beli ..lah kalo gak bisa ya mirip miripin ...:P

Akhirnya tarik menarik sisi utilitas dan ideologis bermuara pada suatu kesimpulan. Wahana nyata dari manipulasi abstrak mekanikal benda kecil yang menjadi sosial aktivator kehidupan. Beberapa pihak memanfaatkan aktifitas 'mainan' ini kedalam komoditas industri, yang menjebak konsumer untuk lebih terjerumus dalam cita rasa semu impian manipulatif. Yang penting gaya dongs !!!. Tapi emang keren sih .... Ungkapan cita rasa desain yang berbeda beda tapi satu jua, tujuannya :P

Demi Toutatis ....

Saya sering penasaran dan amat menyukai gadget mini dengan harga maxi ...

(Tapi gue pingin punya iBook gimana dong ? hehehe)

Monday, March 07, 2005

Budaya Penyangkalan

Asik memperkarakan persepsi, eksepsi dan asik sendiri terutama. Sambil sibuk cela sana cela sini soal refleksi identitas, yang sebenarnya berujung tentang wilayah sendiri. Itulah wujud tentang Seni sekarang.Budaya Penyangkalan, menyangkal kulit luar dan materi dalam dengan mengemas kedalam bentuk yang sama saja. Begitulah saya mencoba memberikan secuil pandangan tentang budaya apa yang di sebut posmo ini. Sebuah upaya dari unsur lain dalam memperbincangkan budaya penyangkalan ... Ngeyel melulu kalo kata PakDe Kere Kemplu.

Image hosted by Photobucket.com
Yasumasa Morimura,To My Little Sister For Cindy Sherman, 1998

Dinamika perkembangan yang berjalan perlahan, layaknya seorang anak manusia yang baru belajar berjalan secara tertatih tatih.Itulah saya memandang persoalan tentang wilayah eksistensial dan ke'otonomian' formalistik wujud materi dan diskursif, yang ternyata gampang di towal towel, rupanya.

Bagi saya, membahas tentang seni sama menariknya ketika saya mencoba melihat dimensi lain dari berbagai pokok bahasan. Adanya semangat histeria bentuk kebaruan dan keberpikiran. Sama halnya ketika menarik petatah petitih seorang Adorno, yang telah jauh jauh hari mengidentifikasikan 'budaya penyangkalan' ini, lewat wujud seni. :)

Saya jadi melihat ada semacam upaya lebih ke arah menggelontorkan geliat permukaan wilayah hampa dan kebingungan, ketimbang ungkap pembaruan atau what-so-called 'garda depan'. tentang apa yang terjadi dalam purifikasi Seni sebagai salah satu wilayah representasi era modern atau kontemporer, sekarang. Seni yang seharusnya menjadi ritme dalam masyarakat secara kesehariannya telah mencelat ke arah kesendiriannya, sesuatu yang seharusnya di jembatani dengan pembelajaran dan penyadaran. Walau di dalamnya terdapat banyak kemungkinan akan pertaruhan wujud muatan. Humor,satire, trend, identitas keseriusan dan bahkan sampai menjulang ke arah shamanistik.

Image hosted by Photobucket.com
Cindy Sherman, "Untitled 96", photography + artwork.

Modernitas yang telah menciptakan diri, dalam wujud anomali. Bahwa Seni,wilayah praktis, berpikir dan lebih religius sekalipun ke kehidupan masyarakat banyak saat ini. Menggerus upaya penyadaran dan mawas diri. Saya pikir, sudah cukup ramai orang orang dalam scene itu berteriak tentang hal itu :).

(Ini semacam kesimpulan belaka tentang apa sedikit perubahan saya tentang bagaimana memandang 'seni' setelah terlibat perbincangan beberapa waktu yang lalu)

Friday, March 04, 2005

Meretas Jalan

++ Apakah kamu sadar dengan diri kamu sendiri ?

Kesadaran di ciptakan sekedar menghilangkan aspek bawah sadar menuju wilayah logis. Ketika eksistensi diri di perdebatkan, maka saatnya wujud dan jarak dalam diri sendiri dihilangkan. Saat itu sayaa benar benar melihat diri saya sendiri.

++ Bagaimana dengan Ego ?

Ego ternyata di ciptakan secara langsung untuk mempertimbangkan wilayah naluri. Mencapai wujud peperangan dan kombinasi antara keinginan dan hasrat yang maha kuat. Manusia ternyata harus memelihara egonya untuk menciptakan persaingan, perbenturan dan pertentangan demi mencapai progress.

++ Apakah anda percaya dengan eksistensialis ?

Jujur saja, saya baru mengenal kalimat ini ketika literasi dan sumber tulisan tersebar di mana mana. Justru dengan hal itu eksistensi saya mulai dipahami. Ke'Aku'an yang ternyata meliputi wujud sekeliling, diri sendiri, kontribusi dan lainnya. Saya melihat diri saya sendiri dalam sebuah kotak transparan dan berlubang, namun kadang kala kotak berlubang itu bisa menghilang dengan sendirinya.

++ Bagaimana dengan Tuhan ?

Saya melihat adanya kesinambungan antara kelahiran dengan keimanan.Dan saya memang meyakini ada sesuatu yang tak terjangkau dengan keniscayaan dan juga oleh keterbatasan kita sendiri. Dan kita bisa mengingat pada hal itu. Konsepsi tentang Tuhan di transformasikan dalam simbol simbol keagamaan. Inilah warna dan pilar penting bagi peradaban. Manusia berlomba menikmati ekstase kehidupan dalam wujud kebahagiaan dan ketentraman, secara batin.

++ Apakah Musik bagi anda ?

Musik ternyata menyimpan segala macam ideologi. Saat ini nilai yang tercipta dalam sebuah cita rasa telah terbagi bagi dengan nuansa objek dan citra. Semua musik mungkin bagus, namun pilihan tetap ada pada beberapa titik.

++ Apakah bermasyarakat itu ?

Bagi beberapa orang, bermasyarakat itu merupakan ajang mensimbolisasikan sisi konsumerisme. Dan bagi keseluruhan, ini merupakan wadah kebersamaan. Sebuah jalur dinamika kehidupan. Wacana yang luar biasa kompleks. Segala pencapaian terjadi disini, baik itu positif dan negatif. Ia merupakan lahan eksplorasi keadaan. Sesuatu yang relatif tentunya.

++ Apa makna "Senapan" ?

Brengsek bagi yang menciptakan senapan. Alfred Nobel di alam barzakh pun sampe sekarang masih penasaran dengan rasa bersalahnya menciptakan dinamit. Sayang, image yang diambil jadi modern alias hip. Dan menjadi sebuah pencapaian artistik, bahkan dalam blog ini sekalipun. Waks !.

++ Mengapa anda sepertinya banyak pikiran ?

Wah gak tau tuh.

Begitulah sebuah pertanyaan yang mendadak muncul di benak. Pake dijawab sendiri pula. Apakah sekedar ini untuk di bahas ?

Thursday, March 03, 2005

Sementara Jalan di Tempat.

Kok bisa bisanya saya tambah pusing setelah membaca buku?,membaca buku buku pengantar teori?,melihat televisi ?,membaca berita di koran koran dengan analisa sepihak setiap hari ?, bosen harga harga naik semua?, mulai banyak makanan sampah tiada gizi sampai hari ini ?, mencaci maki band Simple Plan ? dan lebih parah lagi ikutan menganalisa pemikiran Nietschze. Wakssss ....!!

Sesuatu yang bikin jadi malas. Apakah filsafat itu tentang berpikir?. Benar adanya hanya kerjaan orang orang kurang kerjaan yang mau mikirin hal hal gak penting (Seandainya ini di tarik dan di bentur benturkan dalam wilayah pragmatis). Memang itulah tugas pokok filsuf, mikirin sesuatu ampe gak bisa di pikirin lagi.

Wilayah Filosofis

Memfilosofikan sesuatu seperti biasa berakhir pada keresahan. Sesuatu yang tak berujung dalam ladang pertanyaan. Itu seakan menegaskan hakiki, eksistensialitas manusia jaman sekarang. Dan sekarang para filsuf eksistensialis cenderung menganggap filsafat sebagai disiplin-studi biasa yang meliputi hampir segala hal yang dapat membantu kita menjalani hidup dengan lebih benar atau lebih "otentik"; namun celakanya dalam prosesnya, tulisan-tulisan yang mereka susun tentang kehidupan semacam itu acapkali gelap sekali, sehingga pembaca awam amat kesulitan dalam memahaminya. Makanya banyak yang jadi pusing bacanya.Termasuk kita kita.


Seandainya filsafat dan ganja bisa berteman ..hehe

Sementara memaknai diri sendiri sebagai wujud keberadaan manusia dan mempertanyakan ke'aku'an dan sekelilingnya malah menjadi filsafat lama yang kerap di bahas dari ribuan tahun yang lampau, semenjak jamannya Socrates, Aristoteles sampai sekarang eranya Arjen Robben dari Chelsea dan Ronaldinho dari FC Barcelona (lho?). Sudah terlalu kompleks dengan keadaaan yang terjadi di saat ini. Manusia sudah dianggap sebagai yang lain dan 'liyan'. "liyan' alias the other.

Mungkin ini sebagian kecil dari nilai nilai akumulatif dan friksi ilmiah akan upaya mempertanyakan kenapa kita begini dan begitu. Sudah semenjak kita belum di rencanakan di lahirkan pun, para penulis dan pemikir pemikir sinting itu sudah setengah mati menentang eksistensi kekuatan dan wujud lain di luar manusia. Yang kemudian di metaforakan sebagai subjek penelitian yang luar biasa kompleks.

Wilayah Pragmatis

Ini bisa jadi sebuah wilayah yang kerap memiliki kedekatan dengan realita. Perbenturan hal hal yang paling hakiki. Manusia mengalami pasang surut dalam berbagai tingkatan akan keutamaan, menafikan wilayah instingtifnya. Sekali lagi tekanan dan dorongan berjalan dalam wilayah kehidupan selalu ada. Insting bertahan.

Namun itulah sesuatu yang menjadi kepentingan dan keleluasaan nilai sepihak. Selalu mengalah dan melihat kenyataan. Seandainya bisa menghantam realita dengan realita terbaru . Layaknya pergulatan Posmo. Ketika di tarik lagi lagi ke wilayah pragmatik, selalu di tanyakan, " Buat apa sih ? gak penting banget ... hidup udah susah ..BBM naek lagi, emang belajar tulisan para pemikir bisa bikin kita hidup ??"

Waduh, segala di benturkan dengan keadaan seperti itu ya jelas aja, manusia kembali ke insting perut untuk bertahan hidup. Bukan untuk berbuat sesuatu dengan hidupnya. Baudrillard mungkin jadi bete denger ada orang ngomong gitu. Pak Bambang Sugiharto bisa mencak mencak denger ada orang ngomong gitu ..hehehehe.


Menganalisa wacana praktis manusia dengan alkohol . .

Hidup dalam mitos, ternyata mengolah daya imajinasi lebih lanjut. Itulah yang dilatih dengan mengandaikan wujud imajinasi dalam berkarya . Menulis, melukis dan mengomentari orang sekalipun sudah merupakan kuasa hasrat semenjak manusia di cptakan. Menilai orang lain di luar wilayah barat, dalam khasanah Antropologi, Orientalisme dan lain lain sekalipun, sudah menjadi tabiat peilaku keilmuan yang di dasarkan pembelajaran ‘liyan’ ini.

Dan rasanya, belajar tentang filsafat tidak hanya berkenaan dengan persoalan teoretis abstrak yang berkaitan dengan metafisika, epistemologi, logika, dan penggunaan bahasa, tetapi juga dengan persoalan praktis yang lebih konkret, semisal yang berhubungan dengan ilmu dan moralitas. Ini mendasari berbagai macam juta hasil pemikiran yang di rasa memiliki pertanggung jawaban. Kompleksitas pertanggung jawaban baik secara ilmiah dengan tingkatan tingkatan tertentu sampai di depan publik awam . Orang orang seperti ini memiliki keberanian yang luar biasa, kiranya.

(Saya pikir sudah saatnya kita tidur saja ..grook ..)

Tuesday, March 01, 2005

Some Kind Of Monster ( 2004 )



What can i say
?, Ini salah satu band legendaris dari tahun 80 an awal yang sudah mengumandangkan perkawinan musik rock ala ala Motorhead dengan New Wave of British Heavy Metal di daratan Amerika, saat musim Hard Rock dan Heavy Glam Rock mewabah. Terkenal dan telah menjual 90 juta keping album sampai saat ini(wow!).

Metallica . . . !!!, FUCK YEAH !!!. Dunia sudah di ajarkan mengenalnya, ketika sekelompok anak muda dengan rambut gondrong dan berteriak teriak meneriakkan tema tema sosial, kritis dan gahar, dan anti-Motley Crue terutama. Lewat kemunculan album album klasik seperti Kill 'Em All (1983), Ride The Lightning (1984), Master Of Puppets (1986, ..and Justice For All (1988), Black Album (1991) sampai disusul album LOAD (1996) dan RELOAD (1997). Dan masih disusul oleh beberapa album kompilasi dan live yang di kemas apik untuk membuktikan eksistensi mereka, seperti S&M(1999), Garage Inc.(1998)-(salah satu favorit saya karena berisikan cover version dari band punk lawas, seperti The Misfits, dan band rock gaek, Motorhead, Queen, Black Sabbath dan lainnya )-.


Lars Ulrich gak pernah tattoan ...

Sebuah film yang bisa di sebut sebagai Rockumentary, Dokumenter sebuah band musik rock, dari proses hubungan antar personil selama dua puluh tahun lebih dalam sebuah band legendaris. Metallica.

Dengan durasi selama 2 jam dan proses pengambilan gambar selama 2 tahun lebih, film ini juga menggambarkan proses rekaman awal dan bagaimana upaya menelurkan album terbaru mereka, St. Anger (2003). Yang dilewati oleh berbagai konflik seperti keluarnya Jason Newsted dan proses rehabilitasi dari James Hetfield akan kecanduan alkoholnya. Dan adegan menarik, ketika Lars Ulrich yang ternyata pecinta artwork, salah satunya adalah, ketika dia menjual sebuah lukisan karya Basquiat, salah satu koleksinya(!).

Ada beberapa bagian atau adegan menarik seperti ketika proses audisi pemain bass untuk menggantikan posisi dari pemain bass sebelumnya, Jason Newsted. Beberapa nama seperti Twiggy Ramirez (Marilyn Manson), Danny Lohner (NIN) dan Pepper Keenan (COC, Down) di undang untuk mengikuti audisi pemain bass, sebelum pilihan jatuh pada mantan bassis Suicidal Tendencies, Ozzy Osbourne , Infectious Groove, yakni Rob Trujillo.


Oom James, tattoan juga akhirnya..

Secara keseluruhan film dokumenter ini lumayan menarik. Dokumentasi yang dimulai ketika mereka menyewa sebuah Barrack di San Fransisco sampai berhasil mengumandangkan ' Frantic', single pertama mereka dari album St.Anger. Sebuah proses yang luar biasa saya kira. Untuk sekitar 24 tahun berkarir dari pub pub kecil di San Fransisco, di tengah arus determinasi glam rock dan Heavy Metal murahan, era 80 an, mereka terus bertahan. Disaat sebayanya yang mulai meredup perlahan lahan seperti Anthrax,C.O.C,Exodus, Floatsam & Jetsam sampai pada Kreator dan Megadeth (di awaki oleh Dave Mustaine, mantan gitaris Metallica di awal karir dan merivalitaskan keduanya sampai sekarang) , mereka tetap bertahan. Dan generasi yang lebih muda dan mengutamakan musik metal sekarang pun pasti terliterasikan oleh musik Metallica.

See this movie even if you aren't a Metallica Fan. If you are a Metallica fan, you probably have seen it already.

( Sayangnya dvd bajakannya versi yang lebih murah belum tersedia, saat ini masih kategori aseli, 25 ribu sajah ..)