Thursday, November 24, 2005

Let's Have a War

Ada yang berperang.

Berjuang atas nama satu tujuan.

Sampai mati pun, rasanya tidak rela melihat musuh makin menggila. Mati, mati .. ayo mati demi kemenangan.

Kalaupun mati jangan sampai sia-sia.Titik.

.............................................

Saya baru sadar kembali, ternyata peperangan masih belum selesai. Diam-diam masih menggeliat dan hadir di depan mata untuk terus berlangsung, bahkan dalam eksepsi media sendiri. Perang melawan sesuatu yang nyata. Konsepsi perang memang bisa dituliskan dalam ribuan buku, tapi intinya cuma satu, perlawanan terhadap kedua belah pihak.

Perang di seluruh muka bumi ini, tidak pernah ada yang membawa pada kebaikan atau paling tidak perubahan yang lebih baik. Perang selalu membawa malapetaka, kengerian, duka, tangis dan penderitaan yang berkepanjangan. Apapun alasan yang dikemukakan dan demi tujuan apapun perang tidak dan tidak akan pernah bersifat konstruktif justru sebaliknya ia amatlah destruktif. Perang selalu dan pasti membawa dampak psikologis yang mendalam dan meluas pada banyak orang hingga luka dan trauma akibat peperangan itu sulit untuk disembuhkan bahkan untuk jangka waktu yang cukup lama.

Image hosted by Photobucket.com

Apakah manusia memang ditakdirkan lahir dengan kekerasan untuk melatar belakangi peradabannya?. Sejarah berkata demikian.

Perang memang sudah lama muncul disekeliling kita. Apakah itu terasa secara langsung atau tidak, urusan nurani memang paling kental untuk terpanggil. Mulai dari Mahatma Gandhi sampai Ernest Hemmingway yang tidak percaya dan muak dengan politik, sampai seorang Misno, sang pelaku bom bunuh diri sekalipun, ada rasa kemuakan terhadap representasi politis pihak penguasa yang memang mengibas-kibaskan aroma arogansi kuasa, dan bedanya mereka dalam kurun waktu yang jauh berbeda pula merepresentasikan keyakinan untuk melawan dalam wujud yang berbeda, tulisan, ideologi, novel dan yang terakhir bom!(bunuh diri pula).

.............................................

Saya sadar, banyak kepentingan yang melatar belakangi hal ini. Terorisme, peperangan antar etnis, perang karena perbedaan keyakinan, tawuran anak kuliahan dan lainnya, itu hanya secuil dibandingkan dengan peperangan lebih besar yang melanda belahan dunia lain, dengan alat yang lebih kejam tentunya.

Teror dan untuk melawan teror itu sendiri.

Rasanya banyak yang putus asa, dan berbelok untuk mendukung peperangan dengan harapan sesudah itu semua akan berakhir. Salah besar. Upaya ini malah melahirkan proto-proto baru untuk membiakkan bibit kebencian dari pihak yang kalah. Perang sebagai salah satu jawaban utama, dan untuk itu siapapun bisa memulainya. Dengan alasan jihad semua bisa dibalikkan. Dengan alasan kesucian semua bisa ditundukkan. Dengan alasan keselamatan, semua nurani dan belas kasihan dikesampingkan demi apa yang disebut emas hitam. Semua orang menangis pilu melihat penderitaan nun jauh tak terperi. Dan semua orang ingin tahu apa yang telah terjadi. Sayang hal ini menjadi komoditas media yang nikmat untuk dilahap dan sasaran empuk nilai filosofis bedah opini kemanusiaan. Semua orang turut ambil bagian tanpa mau merasakan penderitaan. Instingtif, brutal tapi nyaman. perang adalah komoditas, jaman ini memang edan, Raden Mas Ronggowarsito mungkin sekarang sudah gatal-gatal ketika apa yang diramalkan tentang ke-edanan manusia mulai nampak ujudnya.

Harapan selalu ada, namun semua kandas melihat kondisi sekarang.

Ketika kekuasaan mulai menindas dan selalu ada gerakan yang merasa terpanggil untuk menghadangnya. Dan ketika segala cara terasa tak bisa dikompromikan, hanya satu kata : lawan!. Sama saja, hal ini muncul karena kuasa dan dialog yang terputus. Kesan heroik, tapi tetap tidak jelas. Untuk mengatakan dengan intonasi kuat, kata "Lawan", yang ada malah anarkis. Arogansi akan selalu melahirkan reservoir potensi terhadap sebuah Perang baru.

Sayang, efeknya selalu salah sasaran. Dan suasana hening damai tercipta ketika manusia terlelap di malam hari. Dan untuk kemudian bernafas di pagi harinya dan untuk bermain dengan ego dan naluri masing-masing. Untuk saling memuji kepalsuan dalam meloloskan birahi kuasa.

2 comments:

/ n i k k / said...

ah, saya mau posting tentang perang juga aahh.... tapi perang tentang perebutan cinta, dua laki2 satu perempuan... atau kombinasi orgy? hehehe

wahyudi pratama said...

halah .....