Monday, July 10, 2006

Italia

Photobucket - Video and Image Hosting
Fabio Cannavaro, kapten dari team nasional Italia

Italia: 5 (1) - Perancis: 3 (1)
(perpanjangan waktu dan babak Penalti setelah skor imbang 1-1)
Gol oleh Marco Materazzi dan Zinedine Zidane (penalti)
9 Juli 2006
Olympic Stadium, Berlin

Italia menang.

Italia juara Piala Dunia tahun 2006 untuk yang ke empat kalinya setelah 1934, 1938, 1982. Sukses tim ini yang nantinya akan mengenakan bordir bintang 4 yang berwarna emas di setiap kostum di atas emblem logo asosiasi sepakbola negaranya di tiap pertandingan event 4 tahunan ini. Bintang 4 ... itu pun cukup mentereng walau masih lebih unggul Brazil yang selalu tersemat bintang 5 di kostumnya, karena mereka juara dunia 5 kali. 5 kali. Mungkin individu di Brazil memang diberkahi dengan trah sepakbola dalam uraian genetis di dalam tubuhnya. Seperti kebanyakan semua orang, saya berharap Brazil tidak akan juara Piala Dunia lagi, setidaknya sampai 4 kali helatan akbar ini, hehehe.

Perancis bukan tidak bermain bagus, mereka malah menguasai semua lini di babak perpanjangan waktu. Thiery Henry, Zinedine Zidane sebagai kapten, Ribery, Malouda, Sagnol, dan Vieira bermain apik dalam menyerang dan membuat barisan para aktor sinetron, eh pemain belakang Italia seperti Grosso, Gatusso, Fabio Cannavaro, Materazzi pontang panting. Kebetulan saja Buffon sebagai sang penjaga gawang bermain gemilang. Dan pada akhirnya menit ke 110 babak waktu tambahan, tragedi Zidane di kartu merah karena menanduk dada Marco Materazzi membuat semua pendukung Perancis harus menahan kencing di ujung babak perpanjangan waktu. Materazzi, diduga habis-habisan memprovokasi dan menghina Zidane dari jarak dekat, jatuh terguling-guling bertingkah seperti mengalami perlakuan berat karena pelanggaran dibagian kaki padahal yang ditanduk adalah bagian dada, sayang si wasit keburu memberikan kartu merah hanya karena berdikusi dengan ofisial ke 4 yang menyaksikan kontak fisik lewat video, tidak juga dengan lines man yang memang tidak menyaksikannya.

Sejujurnya, keluarnya Zidane sebagai sang kapten tidak berpengaruh banyak, kecuali makin gencarnya serbuan Perancis ke area pertahanan Italia. Sampai pada akhirnya, babak penalti, ajang tos-tosan siapapun bisa menang di babak ini, dan terjadilah tragedi satu kesalahan dari David Trezeguet yang tendangannya hanya membentur tiang. Ke semua pemain bermain apik, dan moncer, hanya kedua kiper yang salah antisipasi melulu. Penalti nan dingin dan apik sebagai senjata terakhir dari Grosso yang mengubur impian Perancis untuk menggapai Piala Dunia yang kedua kalinya. Roma meledak dalam kegembiraan luar biasa dan Paris terhening sepi seperti kota hantu.

Marcello Lippi, sang pelatih merayakan kemenangan Italia dengan menghisap cerutu di lapangan dan mengangkat tinggi-tinggi piala Dunia tersebut. Raymond Domenech, sang pelatih Perancis hanya bisa terdiam dan berdiri tanpa mengucap sepatah kata apapun, mungkin berpikir keras, sambil berkata dalam hati "kok bisa ya?".

Bandar taruhan mungkin sudah ambrol sebelum perempat final di mulai dikarenakan team-team unggulan sudah masuk kotak. Inggris? jangan harap mengandalkan striker yang masih moncer untuk urusan liga lokal, namun memble di kelas dunia. Belanda? pemain belakang bermain seperti tukang pukul, pantas saja dapat kartu merah 2 dan 8 kartu kuning untuk satu pertandingan. Argentina? keburu sial ketemu Jerman yang memang tangguh urusan adu penalti. Jerman? tuan rumah kalau tidak masuk peringkat teratas berarti bukan tuan rumah yang baik he he. Brazil? seperti gak memiliki motivasi setiap bertanding, keberatan emblem bintang 5 memang bikin siapa saja jadi santai, menganggap mudah dan merasa berkelas, akibatnya dilibas pemain-pemain Perancis. Sampai pada akhirnya perjalanan menuju final di kepala Perancis dan Italia. Mengejutkan dan kerap bermasalah. Apalagi Italia, yang mana para pemainnya masih harus memikirkan kelanjutan karir di klub masing-masing karena para petinggi klubnya terlibat skandal match-fixing. Perancis pun tidak lepas dari kritik karena bermain dengan dominasi pemain inti yang telah berusia kepala 3, yang dikhawatirkan adalah masalah fisik. Keduanya malah bertemu di final. Tapi rupanya malah Italia yang masuk tangga juara.

Sayang ketika final dalam babak penalti memang harus ada yang kalah karena ketidak beruntungan dan menang karena keberuntungan, Italia lebih beruntung. Selamat buat Italia.

Awas tahun 2010.

klik: http://fifaworldcup.yahoo.com/

1 comment:

Anonymous said...

Wonderful and informative web site. I used information from that site its great. Online paintball videogames Neurontin keeper