Rekor adalah kemampuan seseorang manusia pada limit tertinggi atau sesuatu yang dianggap diluar kemampuan manusia biasa, dan mencatatkan diri baik secara kompetitif atau ajang resmi. Karena itu, rekor tidak hanya mengandung nilai-nilai superlatif, namun juga kemanusiaan. Untuk itulah dengan dan tanpa orang lain, rekor dapat dipecahkan, baik sejalan dengan upaya menembus batas ketahanan tubuh manusia, namun juga kemampuan dari hasil interaksi ratusan orang didalam satu team untuk memecahkan sebuah rekor. Jika kita melihat pada fenomena tentang pemecahan rekor saat ini di Indonesia, saya berkesimpulan, rekor yang berupaya dipecahkan adalah rekor yang gampang dan aman, sesuai dengan apa-apa yang diberitakan lewat media massa. Namun kalau segala hal didokumentasikan sebagai sesuatu yang menunjukkan kemampuan untuk lebih 'wah', rasanya amat sangat konyol jika hal itu dipandang secara belaka sebagai kemajuan suatu bidang.
Pada dasarnya, rekor diciptakan justru untuk menunjukkan superioritas terhadap hal-hal yang sangat musykil dilakukan oleh orang lain, selain orang yang sanggup dan berkompeten terhadap apa yang dilakukannya. Dengan kata lain, jika sebuah rekor mampu dipecahkan, maka dengan kesimpulan tertentu, hal ini dapat dipakai untuk menunjukkan kadar dan kemampuan manusia-manusia indonesia pada hal-hal yang (tak) berguna.
Rekor adalah sesuatu yang lebih banyak dari biasanya dan berada di luar kemampuan secara nalar. Namun apa jadinya jika rekor dengan parameter 'ter' a la MURI?, sebut saja rekor seperti Nasi Goreng terbesar, Panggangan Sate terbesar, Kue Bolu terbanyak, Berondong Jagung terbanyak, Acara Perakitan Komputer terbanyak, Patung dari es tertinggi, dan juga Bendera Merah putih terbesar di Dunia, bahkan sampai Minum Es Kelapa terbanyak (mungkin) dan lain sebagainya, itu dianggap sebagai sesuatu yang diakui kerap menimbulkan pertanyaan, seberapa absahkah nilai yang telah dipecahkan? atau memang parameter seperti apa yang dijadikan acuan untuk itu? ataukah memang berguna untuk memberikan orang-orang MURI suatu pemahaman bahwa rekor menjadi sangat esensial? Dan apa gunanya rekor itu nantinya ?
Untuk memberikan nilai lebih suatu acara yang melibatkan ribuan orang dan melakukan hal yang sama dengan tujuan tertentu, yakni memecahkan rekor. Dan otoritas MURI sebagai lembaga bentukan Oom Jaya Suprana, merasa berkewajiban untuk mendedahkan dan mendokumentasikan kemampuan bangsa ini yang ditunjukkan lewat kemampuan dan pernyataan; " Bahwa kami pun juga bisa!".Dalam memecahkan dokumenter dari superioritas kemampuan luar biasa baik individu atau bukan, bangsa Eropa dan Amerika yang terlebih dahulu muncul, lewat Guiness Book Of Record.
Adakalanya saat ini permasalahan dan polemik tentang rekor menjadi menarik, bahwa sesungguhnya inilah sebuah cerminan pemahaman rapuh atas nilai sebuah upaya pemecahan masalah, juga atas kondisi sosial yang masif dan gampangan. Bahwa sesungguhnya mitos tentang rekor memang dibentuk dan dikondisikan pada sesuatu yang wah, super dan ter. Cerminan asas sentralistik mengangkat prestise bangsa ini yang terkadang kebablasan dan mengundang senyum dikulum.
cek : ++
2 comments:
panjangin rambut aja...biar bisa bikin rekor kuda
kuda berambut gondrong ?? rekor kuda berambut gondrong ....masuk MURI pula aduh mak
Post a Comment