Dahulu di kampus, ada seorang teman yang menggambari tembok di kantin, dengan pinsil dan spidol yang dimodifikasi sedemikian menggunakan model font atau huruf Grafitti. Yang bertuliskan “Pilox Mahal!”. Beberapa bulan kemudian, teman saya tersebut berhasil membeli cat semprot, serta curi curi melakukan aksi vandal di kampus pada malam hari. Dan dalam aksinya ketika menuliskan kalimat “Institution Sucks”, pada huruf huruf terakhir, huruf 'k' dan 's', catnya habis. Sial.
Yup, Pilox memang mahal. Pilox, atau sebutan yang melekat terhadap suatu merek cat semprot terkenal yang dikemas dalam kaleng ini, memiliki karakteristik yang khas dalam teknis sapuan cat, yang digantikan dengan menekan tuas penyemprot. Harga yang dijual dalam satu kalengnya berkisar diatas belasan ribu rupiah. Hitung saja jika kita menganggarkan berapa banyak jumlah cat yang dibutuhkan untuk proyek Mural atau lukisan tembok, dengan menggunakan medium cat semprot ini. Kemungkinan merek cat semprot yang lain mungkin lebih banyak dan lebih bagus, seperti merek Krylon, Spray Paint dan lainnya. Namun di lokal konten, merek ini terlampau terkenal dari dahulu, seperti layaknya kita menyebut Odol, Pepsodent (salah satu merek terkenal), untuk cairan pasta pembersih gigi merek apapun, vespa untuk motor scooter dan masih banyak lagi istilah yang mengalami pembakuan konvensi satu imaji (merk) karena kekhasan dan terkenalnya produk massal tersebut.
Pelaku Grafitti (action art, street art) yang istilah kerennya disebut Bomber (identitas ini yang terkait dengan genre musik jalanan seperti hip hop, rap boombox dan lainnya), menggunakan berbotol botol kaleng cat semprot ini untuk menghasilkan karya diatas tembok, gerbong kereta api, pilar dan lainnya. Anak anak SMU yang baru saja lulus, mencorat coreti baju seragam sekolah yang telah 3 tahun mereka kenakan sebagai ekspresi kebahagian setelah mengentaskan masa SMU mereka. Pelaku vandal hanya membutuhkan satu kaleng (karena mahal) untuk mencoreti tembok tetangga dan pagar rumah yang penghuninya dianggap 'nyolot' (berangasan, nantang, walau sebenarnya kerap kali para pelaku vandalisme itu yang memang kurang ajar. Para pendemo memilih jalan pintas untuk mengecat dan menuliskan ungkapan yang sarkas untuk lebih mengekspresikan spontanitas, respon yang sama kerasnya terhadap kebijakan birokrat pemerintah yang kaku dan dianggap tak berpihak terhadap rakyat. Dan saya sendiri belakangan memilih Pilox Clear (cat transparan), untuk melapisi karya print atau cetak dibandingkan harus dibawa kembali ke percetakan yang setiap permukaannya dihargai 500 rupiah per centimeter (mahal, apalagi karyanya besar besar).
Pilox memang mengasyikkan rupanya. Ternyata ikon secara fisikal dari penggantian teknis painting atau melukis ini memang mengasyikkan. Baik upayanya mereduksi sentuhan mesin dalam mengecat dan upaya menggunakan cat semprot ini untuk menyamai hasil mesin. Maka secara praktis ada dua sisi ideologi yang coba diungkapkan dalam perlakuan objek dengan cat semprot ini . Secara wujud dalam karakter perupaan, dari hasil lelehan cat dan semprotan menghasilkan adanya upaya upaya kedekatan objek dengan sang pelaku. Hal yang menghasilkan gambar yang manusiawi, tidak rapih, tidak masinal (secara mesin layaknya gambar cetak). Keuntungan hal ini mungkin seperti itu. Sebagai sebuah pelapis atau cat yang bisa digunakan secara ringkas mengecat tanpa harus belepotan cat dan bisa dibawa kemanapun saat berlarian menghindari kejaran petugas atau aparat yang kebetulan memergoki dari aksi vandalisme (Grafitti memang sering dianggap vandal).
Dalam hal ini, ketika para pelukis Graffiti, pelaku aksi vandal corat coret, pekerja bengkel dan orang biasa yang menggunakan metode cat semprot ini berhadapan pada satu objek. Maka secara fisik, alat ini berubah menjadi semacam 'senjata'. Sebuah identitas dan ideologi sub-kultur yang memang ditujukan untuk kaum muda. Sebuah keingintahuan dan ekspresi mekanis ‘seniman’ urban terhadap ruang publik, dengan menempatkan objek gambar yang cenderung memberontak, anti peraturan dan lainnya. Sedangkan ketika dikaitkan dengan perlakuan terhadap objek benda, maka teknis kerapihan dan ketelitian dalam proses pewarnaan adalah cat semprot yang memang memegang kendali. Medium perpanjangan tangan dari manusia sebagai pelaku artistik. Dan ketika beberapa orang memperlakukan teknis pengecatan semprot ini untuk menyuarakan dan memvisualkan satu kepentingan ideologis di tembok tembok umum, jalan raya dan isntansi umum, maka terlintas upaya propaganda. Propaganda dalam konteks teknikal memiliki kesadaran copy dan paste (duplikasi).
Seniman seniman tenar seperti Jean Michael Basquiat, Shepard Fairey (obeygiant.com), dan dokumentasi seni jalanan lokal yakni Tembok Bomber, telah lama memperlakukan medium ini dalam karya karyanya. Bahkan seperti adanya kedekatan secara emosional yang memperlihatkan sisi lain estetika cat semprot ini sebagai sesuatu yang dekat dengan ruang publik, masyarakat dan kita sendiri bahkan. Walau disebut street art bahkan sampai karya yang dianggap vandal sekalipun, makna kedekatan dan terror secara visual cat semprot ini hadir tanpa kita sadari. Menerobos dalam wilayah sosial yang selalu menampilkan problema kultur urban. Secara pendangkalan dan ekspresi populis kelas tertentu selaku generasi muda, yang merasa muak terhadap kebijakan pemerintah di dalam masyarakat. Dinamika searah yang kaku dan represi dalam satu sistem memang menghasilkan pemberontakan ideologis dalam tubuh dan suara generasi yang lebih muda. Namun bagaimana upaya yang lebih bagus untuk merepresentasikannya, yang ternyata memberikan nilai lebih dan acuan berharga bagi upaya artistik ruang publik.
8 comments:
dan mengandung aerosol...jadi gak sayang lingkungan.
gue baru tau pilox mahal.
makasih udah dikasi tau :p
Kalimatnys kepanjangan, cape bacanya.....
DITON Cat Semprot paling bagus...harganya juga murah
duuh pilox mahal euy~
btw
tp walo gitu
bli dama ye.... uhuhuhuhuh
dmn beli pilox murah utk daerah jakarta? :P
gue biasa pake pilox merk pagoda(pak Ratno)murah dan dapat dibeli dimanapun
Post a Comment