Thursday, July 28, 2005

Katanya sih, Selamat Datang di Dunia Nyata

Image hosted by Photobucket.com

Sebuah kalimat yang saya agak enggan menyebutkan ini sebagai stigma sebenarnya akan dunia nyata. Ini sesuatu yang kerap diucapkan ketika seseorang siap menempuh langkah selanjutnya, selepas menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi. Untuk kemudian langsung masuk kedalam lingkungan dunia kerja (untuk mencari nafkah), kehidupan yang sebenar-benarnya dari tatanan masyarakat ideal yang terdiri dari berbagai lapisan golongan dan untuk kemudian saling berinteraksi dalam menghasilkan dinamika kehidupan atas nama kecurangan, serangan media, kekejaman atas sesama, tipu daya, licik dan saling sikut dalam faham akan cara menjilat golongan atas dan memaknai kehidupan positif dalam lingkaran pekerjaan yang ramah dan dimanja dan tenang dalam aura dingin industri laksana budak tak berkesudahan. Hidup nyata yang amat sangat tak ramah sebenarnya. Tapi ini memang kehidupan nyata, sejauh mana sesorang berubah menjadi bajingan dan sampai sejauh mana sesorang tetap bertahan tanpa tergoda gemerlap duniawi. Dan kemudian ada pula yang tak tahan atas kejamnya dunia, dan memilih mengucapkan selamat tinggal kehidupan dengan cara yang aman, murah dan hemat.

Dunia nyata adalah bayangan dari wujud realita, bersentuhan, saling memaknai dan berkomunikasi dan hidup selaku manusia sosial. Sesuatu yang baik dan teratur. Namun selalu menjadi pertanyaan: Kenapa kemudian kita mengiyakan hal ini dengan kemauan hidup penuh cobaan, keharusan untuk bekerja dan situasi yang keras dan penuh persaingan?. Hal ini malah lebih nyata dan terbukti dibandingkan realita yang ada akan prinsip utopia hidup nyaman dan sejahtera. Realita saling berbagi yang diwadahi sebuah tempat, sesuatu yang hilang hingga kini. Kebersamaan yang hilang dan digantikan dalam kebersamaan saling menguntungkan dalam satu kelompok antara diri sendiri dan kelompok lainnya. Keterkaitan itu pula yang menyediakan wahana saling bertikai antara sesama. Suatu kondisi yang menceburkan diri kita sendiri dengan sukarela dan terpaksa sekalipun, sosok manusia modern yang diciptakan untuk menghasilkan sesuatu, keuntungan, pamrih dan sebagainya. Suatu alasan yang dibenarkan dalam penciptaan manusia modern. Jika ini bisa disebut sebagai suatu ‘keharusan’. Ini bukan anugrah, ini bukan suatu cara, tapi memang inilah tempaan hidup yang harus membuat sesorang sedemikian kuat, seseorang pernah bilang manakala koleganya mengalami cobaan berat, yakni berkata ;“…mungkin yang di Atas punya rencana lain terhadap hidup ini…”. Suatu penghiburan yang membesarkan hati, dan juga menjadi bahan pertanyaan atas rencana apa yang hendak diungkap nantinya. Jika kuat menjalaninya , membuat kehidupan menjadi menarik untuk diperbandingkan dengan sebuah kotak ajaib yang isinya bisa apa saja dengan tujuan akhir sebuah kesejahteraan.

Perlawanan terhadap bentuk hidup dan apapun kemudian menghasilkan spora yang kerap sama dengan apa yang dilawannya, keseimbangan yang kemudian menjadi penting. Untuk kemudian yang mapan tergusur dengan yang lebih muda dan lebih berpotensi. Regenerasi selalu ada dan terus berjalan Dengan alasan apapun, saya rasa, kita mampu menghasilkan sesuatu dalam proses keseimbangannya itu. Sesuatu yang memaknai perlawanan berikutnya atas hal itu.

Untuk kemudian kita menjadi sosok siap pakai.

Siap dipakai ? Apa yang kita bawa sebagai sosok siap pakai? Dipakai oleh siapa? Dipakai oleh system (Industri) sampai hidup ini sudah tak berarti?. Menyerah pada sistem berarti mendekatkan diri kepada kontinyuitas akan lingkaran setan, hidup dipaksa sampai limit terakhir dimana kita mampu menyelesaikan sesuatu yang menguntungkan diri sendiri dan orang lain.

Kita hidup harus bekerja, sampai mati, rasanya. Setidaknya disela-sela hal itu, kita bisa menghasilkan sesuatu yang lebih berarti bagi hidup, bisa saja memuntahkan amarah dan saling berbagi empati akan rasa dan nasib ditengah arus, suatu ‘keharusan’ zaman ini. Hidup dengan tujuan (menye menye gini :P).

2 comments:

nona cyan said...

amor forti
love your fate

wahyudi pratama said...

dikutuk jadi manusia modern ..nantinya