Wednesday, April 06, 2005

Feodal ...sumpe loh ...

Feodalistik. Feudalism.

Yup.. kata yang satu ini terkesan menjijikkan, namun juga menciptakan kenangan penting akan suasana penjajahan zaman doeloe kala. Sosok pribumi yang memberi hormat dan patuh pada penjajah asing yang menggerakan skenario dinamis penghisapan, kekayaan alam negara ini. Menciptakan romantisme belaka, soal betapa idealnya jika diteruskan dan dilestarikan warisan dan juga teraturnya aturan dan tata letak ideologis jaman tersebut. Feodalistik, sosok imaji penting dalam hierarki antara penguasa dan bawahannya, dalam skema terjajah. Kalau di soal politik, lebih menuju idiom perbudakan. Feodal, juga amat sangat memungkinkan munculnya kultus individu, patronase, budaya patuh yang membudak serta hilangnya daya kritis dalam berpikir adalah beberapa nilai yang lahir seiring dengan ideologi sadar dan tanpa sadar, alias feodalisme ini.

Itu mungkin saja bisa disebut keniscayaan sebuah hegemoni usang? politik? partai? ideologi?. Ternyata hal ini belum usai. Masih saja penjajahan dan semenjak sebenar benarnya arus berpikir terus mengalami alienasi dengan akarnya. tercabut dari tempatnya dan merasa asing dengan identitasnya. Feodal terhadap cara berpikir dan memandang, intensitas fun karena virtual world, patuh terhadap mode, cinta tanah air dengan membabi buta mengangkat opsi opsi politis megalomaniac jaman orde lama dulu dan lainnya. Saya rasa, ini bisa jadi perpanjangan tangan kelewatan (jadinya) feodalistik dan kepatuhan terhadap unsur unsur lama yang dibarukan.

Sok tau banget.

Analisa tertentu terhadap gejala neo-kapitalis? menciptakan modifikasi kebutuhan tanpa menyiratkan seberapa jauh kepentingan akan hal ini dibahas?. Saya pikir inilah jadinya salah satu bentuk 'feodalistik' baru. Kita menjadi patuh terhadap aturan dan ukuran stabilitas materi hidup, dengan ragam kebebasan yang terbatas. Yak ! dibatasi sekali lagi dibatasi dalam ragam kebebasan tersebut. Publik menjadi spektator dan pelaku gerai pilihan dengan kepatuhan dan ketakutannya akan kehilangan nafas kebebasan, yang diatur tentunya. Bebas sih bebas, tapi bebas memilih dari yang disediakan cuma segitu ya males banget deh. Mau lebih tinggi levelnya? tidak semuanya sanggup untuk itu.

Apa iya ?

Generasi TV? udah lama dibahas. Generasi Mode? ranah wilayah yang jelas jelas dilematis. Kita masih butuh pencerahan, demi menunjang karir dan pekerjaan masing masinng terutama di bidang kreatif (hihihi). Dialektika kita rupanya sudah terlalu usang untuk dipakai menakar pembebalan via ranah batiniah ideologi. Dan sebanyak mungkin melahirkan golongan tertentu di masa ini, yakni golongan terpenting di muka bumi nusantara super dodol ini, yakni golongan emang-gitu-aja-kok-repot-gak-penting-tau-gak. hehehehehe

Itulah keteraturan, kitsch sampai wawasan generasi bisu dan imagologi-nya. Sampai kapan dan sejauh apa kita patuh terhadap hal ini, bukan tugas kita, atau saya sendiri untuk menguraikannya. Males banget.

Kalo kata seseorang yang (sok) bijak ; "Kita tak akan pernah bisa melarang burung terbang diatas kepala kita, namun kita bisa mencegah burung itu hinggap di kepala kita". Sayang gak dijelaskan gimana reaksinya, kalo sang burung tidak hinggap, namun poop di atas kepala kita.

No comments: