Tuesday, March 29, 2005

Makna Ideal(istik)

Sebenarnya apa idealisme itu? Suatu kepentingan yang muncul dalam menakar hegemoni subjek disaat di benturkan oleh kepentingan materi? Celah sempit yang muncul dalam pertautannya dengan sisi industri? Ekses perlawanan yang timbul karena budaya kapitalis? Memerangi materialisme dengan elemen kebersahajaan? Atau bisa jadi ini kalimat yang mengada ada, yang di karang oleh gerombolan sakit hati terhadap kehidupan socialite terhadap sisi ideal dalam hidup gelombang kapitalistik?

Saya teringat kembali akan tulisan Marx, yang pernah menceritakan betapa sisi utopia dari golongan idealistik melawan kaum penguasa terus menerus di ajarkan. Filsafat yang dipakai Marxisme adalah adalah filsafat materialisme. Manusia diajarkan sebagai 'kaum pekerja'. Singkat kata, idealistik dari sudut pandang manapun, membenarkan 'perlawanan' sebagai ragam opsi. Sebuah counter terhadap Kapital. Inilah sisi ideal sebuah pemikiran yang lama lama terlelap menjadi sebuah sejarah belaka. Mereka telah kalah saat ini. Hmmm ..lama lama saya jadi malas juga membahas tentang hal ini.

Ok, berbicara tentang kreatifitas. Apakah sisi pemikiran individu yang ini tunduk dengan kepentingan industri belaka ?. Saya teringat kepada sebuah tulisan di majalah 'Concept' terbaru, dari seseorang (yang saya lupa namanya). Dimana solusi penting seorang seniman, (saya sendiri ragu apakah dia pernah merasakan proses kerja seni sebenarnya) yang super kreatif dan artistik ternyata memang tak dibutuhkan oleh 'KLIEN'. Sesuatu yang cepat, tanggap dan memuaskan bagi kepentingan 'KLIEN' ini.

KLIEN. Lima suku kata ini dianggap menjadi penentu kepentingan solusi ideal, dari sebuah proses kreatif yang kadang kala sering menjauhkan idiom awal, sebagai proses kreatif yang dihargai. Karena memang mereka yang berkepentingan sebagai pelaku modal dan pemilik pekerjaan. Dalam hal ini, ternyata kata 'ideal', kembali lagi menjadi pecundang. Yang sebenarnya hanya berlaku ketika kita belum menginjakkan kaki di dunia kerja (nyata). Sekali lagi, upaya membuang dan membungkus rapat rapat makna 'idealistik' dilakukan sebagai solusi kompromisitas terhadap wujud sosial. Salah satu segmentasi proses kreasi dunia industri memang menjauhkan sisi humanistik dengan aspek komunikasinya.

Ini juga dibahas secara berkala pada sisi lain yang terkait pada lingkup global. Inilah sosok penting, jika kita melongok pada makna simbolik relasi dalam kehidupan sosial. Arus peradaban, yang memungkinkan mau tidak maunya perubahan masinal terus terjadi disegala sisi. Proses perusakan lingkungan dan pendidikan yang makin mahal menuju orientasi materi belaka meninggalkan segelintir martir yang rela melakukan apapun wujud perlawanan terhadap raksasa kapital, sang mesin penguasa ini. Manusia dibentuk sebagai objek dan tentara dari sang mesin penguasa. Sang mesin penguasa ternyata adalah mesin ekonomi yang terus menerus bekerja mendedahkan sampah dalam kehidupan industri, teknologi serta eklektis dan percepatannya, yang didaur ulang menjadi kebutuhan penting sebuah nafas modern.

Dalam hal ini sudilah kiranya kita mengerti, jika sang mesin itu berkata ; "Ini alam kompromi, jika ingin hidup nyaman kalian harus patuh pada kami".

Dan pada akhirnya ternyata alam kreatif dikalahkan oleh kepentingan orientasi percepatan materi. Idealisme berjalan dalam takaran yang sangat tidak jelas, rupanya. Dan disatu sisi hal ini merupakan wujud kepentingan yang di bentur benturkan pada kebutuhan kebersamaan sosial. Wujud komunikasi terputus yang mengakibatkan beberapa pihak seperti sisi budaya, dan sosial serta industri sebagai perseberangannya, lebih memilih jalannya masing masing.

Berbeda dengan jaman kekuasaan feodalisme dimana, sebaliknya, peran paradigma kolektif lebih dari pada individualisme. Dengan kata lain, refleksi dari jaman ke jaman menandakan bahwa perkembangan masyarakat dalam memainkan peran baik individualisme maupun kolektivisme adalah berganti-gantian yang tergantung atau terpengaruh situasi yang berkembang pada jamannya. Metode diskursif yang cukup banal ini berasal dari ketidak-harmonisan dua sisi. Sisi pemikiran yang mengetengahkan logika arbiter di antara keduanya. Kompromisitas menjadi begitu penting. Dengan menjaga jarak sebagai subjek kajian, maka hal ini dapat lebih fokus. Dan wahana lain yang muncul saat ini memudahkan akses penting melakukan pekerjaan ideal bagi individu yang tertarik. Ini menjadi sosok filosofis, suatu pemikiran refleksif, yang pada dasarnya, ingin menggali dimensi-dimensi terdalam atau yang sebenarnya dari realitas. Sesuatu yang tak abadi, dan sebenarnya tak pernah selesai, kompleks dan serumit apa yang kita bayangkan tentang dimensi sosial dan hidup saat ini.

Itu bukan satu satunya wujud makna idealis jadinya. Yang menyelubungi wujud eksistensi. Eksistensi ini ditempatkan dalam konteks kehidupan bersama dengan eksistensi individu lainnya. Dan eksistensi seorang individu dituntut untuk menyadari keberadaan eksistensi individu maupun eksistensi lainnya di luar dirinya. Kesadaran inilah yang kemudian diupayakan akan membentuk penghormatan dan pengembangan terhadap kehidupan agar semakin menjadi baik dan harmonis, seharusnya.

Ternyata perang dan saling bermetafora dalam wujud tunggal tetap terjadi. Yang kemudian saling melahap satu sama lainnya, dan mementahkan dalam wujud hidangan yang terasa enak disebagian kelompok, dan yang ini cukup dominan dan membuat mual bagi sebagian lainnya, yang minoritas tentunya.

4 comments:

nona cyan said...

tulisannya Sakti makki bukan Yud?

/ n i k k / said...

Klien:
"Kok ngeyel, elu butuh duit kagak?!"

Agen:
"Sebenarnya elu udah bunuh gue,
dan sekarang tinggal pembalasan gue!"

wahyudi pratama said...

bukan Ber, kalo tulisannya si makki itu branding2an aja bahasannya..ini tulisan si sapa namanya ada joko... jokonya gitu ...

Anonymous said...

Cool blog you have. I have a cello print music
related site. Check it out if you get a chance. The URL is cello print music