Monday, February 14, 2005

Absolutisme dalam selera humor.

Saya tertawa apek melihat Tessy dan Komeng saling bercanda di trans TV.

Charlie chaplin mati matian mengabadikan gerak slapsptick dalam filem bisu untuk mengundang tawa.

Benyamin S berperan sebagai Samson dalam Samson Betawi, yang kehilangan kekuatannya karena bulu ketiaknya rontok di cukur.

Saya tertawa karena melihat hal hal bodoh yang kerap kali terjadi di acara acara serius di televisi.

Menurut Oxford Dictionary sendiri;
laugh —v. 1 make the sounds and movements usual in expressing lively amusement, scorn, etc. 2 express by laughing. 3 (foll. by at) ridicule, make fun of. —n. 1 sound, act, or manner of laughing. 2 colloq. comical thing. laugh off get rid of (embarrassment or humiliation) by joking. laugh up one's sleeve laugh secretly. [Old English]

Menilik pola pemikiran yang mengundang tawa. Bagaimana cara ungkap pendapat yang menyentuh wujud akhir dari audiens dalam mengekspresikan salah satu rangsang serotonin didalam otak untuk mengeluarkan apa yang di sebut tertawa.
Dan tertawa merupakan bentuk akhir dari salah satu upaya meredam gejolak emosi terhadap apa yang disebut sebagai humor. Humor di indikasikan berubah bentuk menjadi tertawa.

Saya juga tak mengerti mengapa saya bisa terbahak bahak dan terheran heran melihat sesuatu yang di anggap lucu dan tidak lucu namun keduanya dianggap saling bertentangan. Humor ternyata tak bisa di tanggalkan begitu saja tanpa menilik nilai nilai yang ternyata dalam tertawa pun sudah memasuki area nihilitas batasan. Tak adanya nilai polarisasi antara lucu dan tidak lucu di saat kita tertawa. Humor = lucu = terpingkal pingkal = mencari masalah = antara tak lucu dan momen yang amat jarang = lucunya apa ? = objek sendiri yang sengsara + susah = akrab = mabuk ganja = diam diam saja = senangnya ada orang yang sengsara = ditipu orang = melorotkan celana = garing kering kerontang alias benar benar tidak ada lucunya sama sekali = Humor lagi deh. Ternyata saya salah, humor tak bisa sesederhana yang saya perkirakan.

Saya sendiri pun suka bingung kok bisa ada yang mambuat kita tertawa. Kalau ada yang mengatakan “ Ah memang kenapa? kalo lucu ya ketawa saja, gitu aja repot pake di pikirin segala!”, justru itu saya jadi bingung apakah saya terlalu bodoh untuk menanyakan kenapa kita tertawa dan terlalu kritis yang menyebalkan untuk mempertanyakan apa yang kita tertawakan .

Sesekali mikir juga hehehe.

Tertawa merupakan gerak dan rangsang otot yang mengakibatkan sinkronisitas pola kerja otak terhenti dengan mengeluarkan energi bunyi yang terlebih dahulu di gunakan dari daya imajinatif. Disaat tertawa ternyata kita mengalami apa yang disebut upaya mengeluarkan energi besar dari dalam tubuh. Representasi dari akumulasi gerak otot di sekitar wajah dan leher yang muncul selain kemarahan . Tertawa ternyata menghentikan sejenak aliran darah di otak kita. Sama halnya ketika kita bersin, orgasme ataupun menguap. Yang berarti “mati sejenak”.

Humor mengandung suatu pemahaman tersendiri. Saya mungkin tak akan dapat mendeskripsikan humor itu apa. Jika kita melihat tentang humor itu sendiri, dari manakah tradisi kelucuan yang dapat membuat orang dan seluruh umat manusia terpingkal entah kapan telah di mulai, mungkinkah setua umur manusia itu sendiri ? bagaimana dengan humor yang pertama kali muncul di dunia ? Apakah nabi Adam sendiri tertawa terbahak bahak saat telah berhasil mengambil buah terlarang yang disertai pula olehnya kesedihan pertama kali di diri umat manusia ? Apakah ketika kita lahirpun kita tertawa sesaat kepala menyembul dari liang rahim sang ibu ? Apakah Tuhan sering tertawa ketika menyaksikan umat manusia hasil ciptaanNya berbuat bodoh ?

Humor mungkin adalah salah satu upaya memberikan nama pada proses membekukan momen kerja otak lewat yang dianggap sebagai kesepakatan yang di sebut sebagai tertawa. Dan tertawa ternyata memberikan konstribusi penting bagi emosi yang dianggap memberikan bahan bakar dari senyawa hidup yang meningkatkan dorongan penting dalam segala aktifitasnya, amat jauh lebih nyaman dan menyenangkan dari agresivitas yang ditujukan untuk memelihara sifat dan perilaku brutal kebinatangan untuk mempertahankan insting survival manusia itu sendiri.

Tertawa ternyata bisa bernilai absolut

Dan semakin gak lucu kalo di bikin serius hehehehe

1 comment:

Anonymous said...

Tertawa ternyata bisa bernilai absolut?

??

-badu