Monday, February 28, 2005

Shaman dan teknologi

Sebuah arus seharusnya bisa di jinakkan.

Seperti halnya makna teknologi sekarang, lihat saja, bagaimana ketergantungan untuk sms, dan menelpon mengalahkan kebutuhan telpon rumahan. Penjauhan persinggungan individu mengakibatkan kepentingan yang tadinya lebih kearah sosial menjadi arah individual. Pribadi, wilayah private. Namun apa jadinya fungsi dan wilayah kausal dari shamanistik di lokal scene saat ini ?

Shaman alias dukun, alias aplikasi kepentingan mistik. Seakan mewakili kacamata timur dalam memandang persoalan hidup. Arus kultur tentang budaya manusia di Indonesia yang memang dari dulunya melihat unsur pijakan spiritual sebagai acuan hidup. Adanya pusat dunia bawah dan tengah serta luar ,di yakini sebagai wujud lain transendensi kepemilikan hidup manusia.


Hendrawan Riyanto, Photograph in Action Poetry Poet of the Body, 2002 (Performance/ Action Art)

Kita hidup bukan sebagai lahir, berkembang biak dan mati.Ada kepentingan lain yang mendasari jika memang manusia itu hidup untuk menciptakan sesuatu. Hal mana yang di yakini sebagai perbedaan, progres dan kemajuan adalah modernitas futuristik sebagai roh kehiddupan manusia barat. Hidup selaras dengan alam telah lama mulai di tinggalkan , semenjak arus penuh acuan hidup berkat globalisasi ini. Dalam hal ini terkadang sinkronisasi belum tercapai.

Hal yang berimbas jauh pada transendensi makna tentang teknologi, dan pemahamannya. Yang ternyata tak bisa semuanya di laksanakan secara global. Ada pro dan kontra. Sesuatu yang dalam hal ini dapat dikaitkan secara langsung kepada kepentingan sistem. Sistem usang yang di padu dengan arus baru. Maka tak heran rasanya, istilah gagap teknologi dan penyalahgunaan fungsi sebenarnya terasa, karena memang kultur yang di ciptakan dari awal tak melihat pada kepatuhan unsur rasional belaka.


Joseph Beuys: How to Explain Paintings to a Dead Hare, Photo from Performance on Nov. 26, 1965.

Globalitas basi, menuai kepentingan salah kaprah. Arus teknologi dengan pemahaman sejajar soal identitas dan status mungkin tak akan layak di perbandingkan , seperti halnya saat orang sedang menenteng nenteng kardus new iMac G5 terbaru di tengah kerumunan tempat pelelangan ikan sambil berjalan ke arah dukun, wadul alias gak nyambung. Siapapun dan apapun wujud teknis tak mengenal usia, batas kelamin dan ras.
Karena itu, hidup di mana kita berada mengalami dinamika atau perubahan terus-menerus secara alami. Bila kemudian kita menilai bahwa perubahan yang terjadi di Bumi ini menjurus kepada keadaan krisis, hal itu tentu penilaian subyektif.

Membandingkan dengan tayangan tayangan gaib di televisi ? rasanya bisa di tebak kegagalan arus dimensi rasionalitas di Timur mengakibatkan Timur kehilangan kendali atas sebuah arus kekaryaan dan penciptaan akan kemajuan teknis sebuah pengetahuan. Dalam hal ini terkadang dialog antara timur dan barat berlangsung dengan sangat pelik dan runyam. Sayang kerapkali ini bisa di salah artikan, Timur dianggap lebih mengacu pada unsur unsur lain selain rasionalitas. Mistisisme dan spiritualitas timur justru kerapkali melahirkan kondisi pencerahan yang lebih baik. Disinilah kerap menjadi persinggungan, benturan dan pengejawantahan yang keliru.

Modern dan kecanggihan tak selalu nyaman rupanya. Friksi terkadang amat sangat di butuhkan untuk mengoptimalisasikan gerak dan wahana tubuh itu sendiri. Teknologi tak selalu lebih baik ternyata. Sekali lagi itu hanya medium. Sama halnya dengan ketika komunikasi dengan makhluk lain ada di luar sana dan kasat mata.Yang kita yakini jika itu ada tentunya.

1 comment:

Fireproofing Miami said...

Hi great reading your postt