Thursday, January 13, 2005

Hidup dan Sepakbola

Sepakbola VS Hidup



Berbicara tentang sepakbola tentu tak terlepas dari yang namanya sebagai salah satu industri olahraga terbesar saat ini.Lihat bagaimana terfokusnya pandangan pada sentra liga dan piala dunia dan Eropa dengan memperlihatkan kompetisi tim tim kelas atas dan perputaran uang yang mungkin bisa membeli setengah Indonesia.

Itulah wajah Sepakbola sat ini, olahraga yang amat sangat di gandrungi milyaran bangsa di seluruh dunia ini.Terdiri dari dua team yan masing masing berjumlah sebelas orang yang saling mengenakan kostum berbeda dan terbagi dalam beberapa posisi, seperti penyerang, gelandang, sayap dan pemain belakang atau bek dan seorang kiper sebagai salah satu palang pintu terakhir. Permainan ini juga di bantu oleh 3 wasit sebagai juri dalam memperebutkan sebuah wujud fisik kulit yang di isi dengan udara untuk menghasilkan lompatan elastis dan lentur terhadap bidang rumput sebagai lapangannya,yang di sebut sebagai bola. Dalam permainannya, masing masing team berusaha memasukkan bola ke dalam area palang besi berbentuk kotak yang lebih lebar dan bercat warna putih yang terdiri dari jaring tali yang di jaga oleh sosok penjaga lokasi bertubuh tinggi besar. Sorak sorai penonton di sekeliling nya yang mengitari lapangan adalah tendensi lain daripada sepakbola. Yup jenis olahraga ini memerlukan spektator. Untuk ikut bersama memompa adrenalin tentunya.

Sepakbola menjadi menarik ketika hal hal lain yang berkaitan dengan teknik individu, kerjasama team, motivasi dan mentalitas saling terjaga. Dan yang akan lebih menarik adalah 'kekerasan' dalam sepakbola, full body-contact, saling merebut bola dengan menjepit kaki para pemain lawan dan saling sikut menyikut hingga terluka adalah tontonan yang luar biasa menarik. Motivasi adalah acuan dalam hal ini, untuk menang tentunya, mencetak gol sebanyak banyaknya.

Sementara kehidupan ?

Membangun penghidupan semenjak terjun ke dunia nyata selulus kuliah, untuk terus mencapai kemenangan tanpa habis habisnya untuk mengejar penghidupan. karir, pekerjaan, keluarga dan layak. Butuh penonton kah seperti halnya sepakbola? ya jika ingin mengalami refleksi dan kritik yang membangun, kalau asyik sendiri ? layaknya striker individual yang egois dan tak berbagi dengan rekannya untuk mencetak gol, kadang berhasil kadang tidak, apalagi jika setengah team lawan di taruh di depan gawang. Untuk mencapai penghidupan toh butuh individu lain untuk membantu hal tersebut menjadi kenyataan.

Hidup butuh friksi, dan jawaban dari pertanyaan. Jawaban daripada pertanyaan ini membawa kita melebihi argumentasi filosofis ke sebuah penetrasi yang lebih mendalam mengenai ‘hidup’ dan kehidupan kita sendiri. Itulah, mempertanyakan sesuatu yang mapan adalah menstruktur ulang untuk mencapai hasil akhir, layaknya team sepakbola yang mencoba membangunserangan dari bagian belakang saling memberikan umpan secara zigzag, kadang turun kebawah, dengan tujuan menerobos gawang lawan.

Ketika ada masalah dan persoalan, hidup menjadi semakin rumit, komplikatif dan semakin mengerucut kepada pola pola pragmatis. Apa yang menghasilkan itulah yang menguntungkan, tanpa peduli dengan etika, kode norma dan moralitas.

Hidup adalah kualifikasi menuju babak selanjutnya.

Ketika manusia harus wafat,babak kualifikasi yang maha berat telah di laluinya, menuju babak selanjutnya yang entah bagaimana selanjutnya.

Mungkin hidup lebih kompleks di bandingkan sepakbola itu sendiri, tapi analogi ini dapat di bayangkan seandainya hidup sama halnya seperti bermain bola.

Motivasi yang di dukung oleh institusi religi, mewarnai hidup.

Hidup memang berat. Hidup Sepakbola !!!

1 comment:

nona cyan said...

Analogi yang bolehlah.