Tuesday, January 18, 2005

TUBUH dan MODIFIKASI INDUSTRI


Barbara Kruger,1989

" 6 packs, great eyes and grade 8 flirtatious ability...Compare to other show (something about supermodel search) that involves pretty, (some of them) smart, and really know about modelling . . . " ( di kutip dari tulisan Bertie di blognya)

Pemahaman tentang tubuh merupakan sesuatu yang kembali naik di era sekarang di mana industri telah amat sangat memegang peranan penting dalam pencitraan ini. Adaptasi benda konsumsi dan keinginan untuk melakukan kecocokan dengan pencitraan telah meninggalkan kesimpulan sebagai fakta budaya. Fakta yang muncul ketika arus hegemoni pengaturan tubuh di bahas dalam kaitan strata sosial.Sebagaimana semua orang berlomba mereka reka imaji dan kecocokan dalam hubungannya dengan tubuh mereka masing masing.

Tubuh adalah mutlak sebagai tapal batas dan sekaligus indra ke enam.

Fisik menjadi konsep yang tak lagi ambigu, namun menjadi ideologi sarana berpikir. Untuk itu bagaimana kita mengalami transformasi dahsyat dalam rentang tubuh kita selama beberapa tahun di pengaruhi oleh keinginan konsumeritas menjawab terpaan cecitraan yang di bentuk sebagai arus budaya global.Globalitas yang mengambang dan tak jelas saya pikir, namun itulah ketidak jelasan yang ternarasi dengan baik.

Ini menjadi hasil akhir dari pertanggung jawaban iklan, kondisi fashion dan dinamika berbusana menjawab rasa ingin tahu semua orang.Keterkaitan carut marut antara media populer, gaya hidup dan informasi telah menciptakan "busana" dalam pengertian wilayah konteks fisik dan aspek non-fisik sendiri.Dan menciptakan standar bagaimana keseharusan dan keindahan di modifikasi tanpa mengindahkan kepentingan lain yang lebih pekat di bandingkan sekedar menilai fisik.Visual sebagai acuan adalah penomor satuan konsep. Semua orang berlomba saling mengemas dan menciptakan impresi bagus. Untuk menciptakan hierarki tersendiri dalam status sosialnya.

Jika terkait dengan seks ? untuk itulah zona gender menyeruak dan membiarkan wilayah transformasi seksual dalam wilayah tubuh wanita dan pria sebagai satu penanda komunikasi massa yang menyentuh titik rangsang individu dalam berbagai macam tingkatan sosial. Erotisme budaya menjadi lazim, dalam memunculkan fantasmagoria terhadap reka imaji tubuh yang memasuki berbagai macam sesasi, tubuh sebagai keindahan, tubuh sebagai identitas, tubuh sebagai alat, tubuh sebagai publik dan tubuh sebagai acuan yang jauh dari kebendaan itu sendiri, dimana sensasi dapat terus berkembang.

Percayalah motivasi ini dalam wilayah eksplorasi tubuh muncul untuk menjadi bagian dari penunjang peradaban.

Sekali lagi inilah persekongkolan tubuh dalam evokasi yang sebenarnya.

(terima kasih atas ulasan Nuraini Juliastuti, Foucault dan Baudrillard)

No comments: