Thursday, January 13, 2005

Menangguk Untung dari Bencana

Bencana ternyata menjual. . .

Benar adanya

Tadi malam saya melihat berita di TV, Metro, di Thailand, munculnya ramai ramai penjualan rekaman bencana gelombang Tsunami di pantai Rekaman VCD yang menjual adegan gelombang pasang terburuk yang melanda negara negara Asia Selatan dan Teggara, dalam sejarah bencana alam terbesar di dunia yang menelan korban ratusan ribu jiwa ternyata memiliki nilai jual yang tinggi. Dan sontak mendadak Penjualan handycam melonjak dengan pesat. Mata lingkungan menjadi lebih awas. Apapun menjadi nilai dokumentatif yang tinggi. Singkat kata gejala umum merebak, dokumentasi momen sebagai upaya merekam dan nilai nilai spontanitas dokumentatif adalah nisbi. Apapun merujuk pada satu hal; informasi sebanyak apapun dalam kadar apapun adalah penting, dalam momen yang penting ini. Dan itu bisa menjual . . .

Tindakan yang menuai protes dan pro , untuk apa ?

Keberlangsungan media di bantu oleh hal ini,percayalah nilai sensasional menjadi titik acuan. Kredo nilai media. Bukan akses penting lagi nilai informasi shahih atau tidak, tapi bagaimana di wujudkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan informasi untuk di konsumsi.Informasi dapat di terima apapun wujudnya, dengan mengesampingkan kebenaran dan keaslian berita.

Televisi membentuk image suatu keadaan yang lebih hebat, hype , dan kejadian di sana mungkin jauh lebih hebat, opini yang di bentuk mengakibatkan hal tersebut.

Mode macam apa ini ? masyarakat membutuhkan apapun untuk di konsumsi.

Hal yang tak jauh berbeda dengan heboh di tanah air ketika beberapa adegan syur ( baca sex ) yang di filmkan baik sengaja dan tidak dengan ( kesengajaan), ribuan orang mengecam dan menyalahkan identitas moral generasi muda saat itu juga sebagai wujud kebablasan nilai acuan dan pegangan norma hidup. Sebagian apatis dan sebagian lagi tersinggung. Itu rahasia umum. Para pelaku di buru dan di tangkap dengan tuduhan norma susila, namun itu menghidupi beberapa sektor industri, VCD bajakan tentunya, tanpa dapat kita cegah.

Sedikit kesampingkan moral ketika menilik langsung pusat pusat penjualan rekaman ini ( secara legal tentunya ), saya menjadi individu yang mengalami keberpihakan dan dilema, ikut mencari atau tak akan berminat pada hal itu apapun bentuknya.
Kalau jawabannya adalah ikut menikmati, itulah wujud sensasional yang di rasakan sebagai keingin tahuan, arus yang membelokkan fakta dan kelebihan yang di gembar gemborkan. Itulah halnya, bukan main nilai sensasi dan publisitas jauh lebih penting, dari sekedar isinya. Realitas yang di lebih lebihkan.

Stereotype dalam kondisi sekarang.

Dan saya bertanya kepada nilai sensasional.

2 comments:

Anonymous said...

bondy : posting yang bagus.

Anonymous said...

bertie : yah,maklumlah,dikejar deadline dompet.